Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri makanan dan minuman diproyeksi masih menjadi salah satu sektor andalan penopang pertumbuhan manufaktur dan ekonomi nasional pada tahun depan. Peran penting sektor strategis ini terlihat dari kontribusinya yang konsisten dan signfikan terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-migas serta peningkatan realisasi investasi.
“Untuk itu, pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan industri makanan dan minuman agar semakin produktif dan berdaya saing global. Apalagi, sektor ini basisnya nilai tambah sehingga proses hilirisasi perlu dijamin,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Coca-Cola Amatil Investor Day di Jakarta, dalam keterangan pers, Jumat (24/11).
Untuk itu, Menperin memberikan apresiasi kepada Coca-Cola Amatil Indonesia sebagai pelopor dalam industri minuman ringan di Indonesia yang produknya telah dipasarkan secara langsung kepada lebih dari 500.000 pelanggan ritel baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Hingga saat ini, Coca-Cola Amatil Indonesia telah menyerap tenaga kerja sebanyak 11.000 orang, dengan nilai investasi selama lima tahun terakhir (2012-2017) mencapai US$ 445 juta. Perusahaan ini juga berkomitmen akan meningkatkan investasi hingga US$ 300 juta untuk tiga tahun ke depan.
Guna menjaga pertumbuhan sektor ini tetap tinggi, menurut Menperin, pihaknya terus mendorong pelaku industri makanan dan minuman nasional agar memanfaatkan potensi pasar dalam negeri. “Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 258,7 juta orang, menjadi pangsa pasar yang sangat menjanjikan,” tuturnya.
Di samping itu, industri makanan dan minuman nasional semakin kompetitif karena jumlahnya cukup banyak. Tidak hanya meliputi perusahaan skala besar, tetapi juga telah menjangkau di tingkat kabupaten untuk kelas industri kecil dan menengah (IKM). “Bahkan, sebagian besar dari mereka sudah ada yang go international,” ungkap Airlangga.
Menperin pun menyatakan, pihaknya tengah memacu kinerja industri padat karya berorientasi ekspor. Untuk itu, Kemperin mengusulkan penghitungan insentif fiskal berupa tax allowance berbasis pada jumlah penyerapan tenaga kerja. “Regulasi ini sedang dibahas dengan Kementerian Keuangan, kami berharap tahun ini peraturannya bisa keluar,” tegasnya.
Presiden Coca-Cola Amatil Indonesia, Kadir Gunduz menjelaskan, pihaknya dengan Kemperin rencananya akan menjalankan kerja sama bidang pelatihan vokasi. "Kami sangat terbuka untuk terus kooperasi pelatihan vokasi sesuai dengan agenda Kementerian," jelas Kadir, Jumat (24/11).
Kemperin mencatat, sumbangan industri makanan dan minuman pada PDB industri non-migas mencapai 34,95% pada triwulan III tahun 2017. Hasil kinerja ini menjadikan sektor tersebut kontributor PDB industri terbesar dibanding subsektor lainnya.
Selain itu, capaian tersebut naik 4% dibanding periode yang sama tahun 2016. Sedangkan, kontribusinya terhadap PDB nasional sebesar 6,21%pada triwulan III/2017 atau naik 3,85% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Selanjutnya, dilihat dari perkembangan realisasi investasi, sektor industri makanan dan minuman untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) triwulan III/2017 mencapai Rp 27,92 triliun atau naik 16,3% dibanding periode yang sama tahun 2016. Sedangkan, untuk penanaman modal asing (PMA) sebesar US$ 1,46 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News