Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian regulasi tahun ini menyebabkan PT Coca Cola Amatil Indonesia belum mau mengumumkan rencana penambahan investasi pada industri minuman. Apalagi performa bisnis minuman sempat turun sepanjang 2017.
Bbeberapa wacana regulasi baru pemerintah berpotensi mempengaruhi investasi Coca Cola Amatil Indonesia. Misalnya, aturan mengenai pengelolaan sumber daya air dan larangan terbatas impor gula.
Sementara menurut catatan Coca Cola Amatil Indonesia, industri minuman nasional tahun lalu justru menyusut 1%. Padahal, biasanya mampu tumbuh 7%-8% setiap tahun. Perusahaan tersebut menuding daya beli yang lemah sebagai biang kerok.
Dalam kondisi seperti itu, kompetisi antar pelaku industri minuman tak lantas mengendur. Sebaliknya, Coca Cola Amatil Indonesia merasakan persaingan bisnis justru semakin ketat. Baik dengan kompetitor dalam negeri maupun luar negeri.
Manajemen Coca Cola Amatil Indonesia menyebutkan, pemberlakukan free trade agreement (FTA) menyebabkan produk impor semakin bebas merajalalela. "Persaingan juga dengan produk luar akibat FTA 0%, sementara mereka ongkos raw material lebih murah dibanding kami," ungkap Lucia Karina, Director of Corporate Affairs PT Coca Cola Amatil Indonesia kepada KONTAN, Rabu (28/2). Masalahnya, Coca Cola Amatil Indonesia juga menggantungkan sejumlah bahan baku dari pasar impor. Sebut saja gula rafinasi dan ekstrak jus.
Berkaca perjalanan tahun 2017, tahun ini Coca Cola Amatil Indonesia memprediksi industri minuman dan makanan belum akan stabil. Ketimbang menetapkan rencana ekspansi, perusahaan itu memilih menunggu momentum tepat alias wait and see.
Harapan Coca Cola Amatil Indonesia pemerintah merancang regulasi yang dapat memicu semangat dunia usaha. Di industri minuman misalnya, berupa penyederhanaan perizinan serta pemberian dukungan distribusi produk dan bahan baku.
Pada kesempatan sama, manajemen Coca Cola Amatil Indonesia membantah kabar berhentinya operasi pabrik botol kaca di Bawen, Jawa Tengah. "Produksi pabrik di Bawen memang dikurangi bukan berhenti," tutur Lucia.
Pengurangan produksi karena peminat kemasan botol kaca berkurang. Kini produksi botol kaca berkontribusi kurang dari 10% dari produksi botol Coca Cola Amatil Indonesia. Manajemen perusahaan ini enggan membeberkan kapasitas terpasang pabrik.
Sepanjang tahun 2017 Coca Cola Amatil Indonesia menggelontorkan investasi senilai US$ 110 juta. Sementara jumlah pemasok produk Coca Cola mencapai lebih dari 2.000 dalam negeri. Mereka juga menebar 350.000 lemari pendingin di seluruh jaringan ritel tradisional dan modern.
Dalam catatan pemberitaan KONTAN, pertengahan Desember tahun lalu Coca Cola Amatil Indonesia merambah kopi. Mereka menggandeng Grinders Coffee Roasters yang merupakan bagian dari Grup Amatil dan Caffitaly untuk merilis mesin pembuat kopi dan produk kopi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News