kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cybertrend, perusahaan konsultan data science lokal yang ingin mengglobal


Rabu, 04 November 2020 / 08:55 WIB
Cybertrend, perusahaan konsultan data science lokal yang ingin mengglobal
ILUSTRASI. Keamanan data digital.


Reporter: Sandy Baskoro, Yuwono Triatmodjo | Editor: Sandy Baskoro

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selasa 13 Oktober 2020 lalu menjadi hari yang membahagiakan bagi Nadia Alatas, pendiri PT Cybertrend Intrabuana. Alumnus Fakultas Ilmu Komputer (Computer Science) Universitas Indonesia tahun 1995 ini meraih penghargaan di ajang Women in ICT Awards (WIICTA) yang diselenggarakan Channel Asia.

WIICTA merupakan ajang penghargaan bagi tokoh wanita berpengaruh se-Asia Tenggara pada bidang teknologi. Ajang WIICTA menampilkan potensi wanita di Asia Tenggara, mulai dari pemimpin korporasi maupun talenta muda, para pakar, pemikir inovatif, hingga mereka yang memiliki komitmen tinggi bagi industri.

Tidak kurang 150 nominator bertarung untuk memperebutkan lima katagori penghargaan yang terdiri dari Bintang Baru; Bintang yang bersinar; Inovasi; Teknis; Komunitas dan Prestasi.

Sebanyak 50 dewan juri yang berasal dari kalangan profesional memilih para pemenang berdasarkan kreativitas, inovasi dan keunggulan (excellence).

Baca Juga: Cybertrend Menjajaki Peluang Masuknya Investor Penyuntik Dana

Nadia Alatas menjadi wakil dari Indonesia yang menyabet penghargaan WIICTA untuk kategori inovasi. Mengutip Channelasia.tech, juara kategori ini dipilih berdasarkan kemampuan yang menonjol dalam menyampaikan gambaran besar (big picture) terkait ide dan visi di industrinya.

Selain itu, pemenang yang terpilih dipandang bisa menyikapi perubahan lingkungan, untuk kemudian menemukan peluang bisnis yang unik dan menarik. Kepemimpinan Nadia di bidang ilmu data di Indonesia telah terbukti lewat kiprah Cybertrend.

Cybertrend membantu menerapkan solusi ilmu data untuk bisnis di berbagai industri. Lewat tangan dinginnya di Cybertrend, Nadia membuat dua produk teknologi inovatif, yaitu CtrendVision dan CtrendMax.

Kedua produk ini memanfaatkan artificial intelligence (AI), machine learning, automation dan advanced analytics untuk menghasilkan visualisasi data yang akurat serta optimalisasi proses bisnis.

Berikut ini sedikit gambaran mengenai dua produk teknologi inovatif Cybertrend tersebut. Pertama adalah CtrendVision, yang merupakan platform visualisasi analitik yang dibangun berdasarkan model data yang kuat, visualisasi dan data analisis bisnis tingkat lanjut bagi klien.

Semisal bagi pebisnis ritel, CtrendVision mengoptimalkan analisis tentang penjualan dan distribusi. Bisnis ritel memiliki data penting lantaran kegiatan transaksi memiliki informasi mengenai perilaku dan tindakan konsumen. Ini hanya sebagian kecil dari informasi yang bisa dioleh oleh CtrendVision untuk memaksimalkan penjualan dan mengefisiensikan pekerjaan klien.

Baca Juga: Strategi berbasis data topang perusahaan bertahan dan bertumbuh di era new normal

Produk kedua adalah CtrendMax. CtrendMax merupakan platform analisis berbasis pembelajaran (learning-based analytic platform), yang dibangun berdasarkan perilaku data pembelajaran untuk mengoptimalkan aktivitas bisnis. Dua hal yang menjadi sasaran platform ini adalah mengoptimalkan penjualan dan optimalisasi pengiriman (distribusi).

Salah satu model operasi CtrendMax adalah platform ini memiliki perhitungan lengkap berdasarkan pembelajaran dan pemodelan (learning and modeling), mulai dari penempatan order pada kendaraan pengangkut, biaya, rute, waktu pengiriman hingga hasil akhir rantai distribusi ini.

"Industri yang melibatkan supply chain dengan pergerakan yang cepat, fast moving consumer goods dan ritel, pasti terbantu dengan produk ini," ungkap Nadia kepada KONTAN, Rabu (28/10) pekan lalu.

Manfaatnya, lanjut Nadia, berupa optimalisasi peningkatan produktivitas, efisiensi biaya operasional, optimalisasi pendayagunaan SDM serta ramah lingkungan lantaran sangat memperhitungkan konsumsi bahan bakar.

Mendirikan Cybertrend

Kepada KONTAN, Nadia mengatakan kecintaannya pada dunia teknologi telah mendorongnya mendirikan Cybertrend di tahun 2011. Selain sebagai pendiri, Nadia bertindak sebagai CEO di perusahaan ini.

Cybertrend berdiri dengan tujuan meningkatkan bisnis dengan cara menyediakan full-stack and end-to-end solution program melalui pengelolaan data, layanan dan pelatihan edukasi bagi industri dan institusi.

Selama kepemimpinan Nadia, Cybertrend telah menjadi rekan Tableau terbaik se-Asia Tenggara selama lima tahun. Tableau merupakan software yang bisa mengolah data menjadi sebuah visual yang menarik.

Maka tidak berlebihan bila kemudian Nadia juga terpilih sebagai perwakilan Asia-Pasifik dalam International Tableau Conference sebagai figur inspiratif dalam pengembangkan di bidang data analytics dan data science.

Pencapaian Nadia saat ini tentu tidak diperoleh secara instan. Pengalaman kerja menempa dia menjadi profesional unggul di bidangnya.  

Berawal dari Februari 1996 hingga Februari 1998 saat Nadia menjadi staf IT pada PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Di sini, dia bertanggung jawab atas proyek utama Satelindo Customer Care dan implementasi sistem billing.

Dari Satelindo, Nadia bergabung bersama PT PasificSatelit Nusantara hingga Februari 2020. Di sini, Nadia menjabat sebagai manajer yang bertanggung jawab atas eksekusi kebutuhan internal perusahaan dan mempresentasikan perusahaan sebagai GSM Satellite-based services pertama di dunia.

Baca Juga: Dorong Daya Saing Digital, Indonesia Butuh PasokanTenaga Data Analytics

Lepas dari PT PasificSatelit Nusantara, Nadia bergabung dengan PT Jatis Solutions Ecom sebagai Chief Operating Officer (COO) periode Januari 2003 hingga Juni 2010. Di sini, dia bertanggung jawab pada bagian Business Development on Consulting untuk industri telekomunikasi dan migas.

Cybertrend saat ini merupakan mitra dari berbagai industri. Mulai dari operator telekomunikasi, ritel, pertambangan, perkebunan, hingga perbankan. Perbankan nasional, utamanya bank BUMN juga menjadi klien utama Cybertrend.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) merupakan salah satu klien Cybertrend Data Academy, unit bisnis Cybertrend. "Mereka (Bank Mandiri) ingin pegawainya melek data. Mereka mendaftarkan talentanya dari seluruh cabang di Indonesia," tutur Nadia.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga menggunakan jasa Cybertrend. Kata Nadia, awalnya dia harus bersaing dengan perusahaan asing yang menggunakan platform hampir sama dengan Cybertrend guna memenangi proyek dari Unilever. Bersyukur, akhirnya Unilever memilih Cybertrend.

"Ini bukti bahwa sumber daya manusia (SDM) dalam negeri mampu bersaing dengan pemain asing dan berbicara dikancah global," ujar Nadia.

Cybertrend yang sudah mengantongi pendapatan puluhan miliar rupiah ini ingin menjadi pemain kunci di data science dan artificial intelligence. Bukan hanya di tingkat nasional, mereka ingin ke level regional dan global.

"Kami ingin menjadi prinsipal produk data science dan artificial intelligence yang berjaya di tingkat regional dan global," tutur Nadia.

Berburu SDM

Bicara soal SDM, saat ini Cybertrend memiliki tidak kurang dari 70 karyawan. Dari jumlah karyawan sebanyak itu, sebagian besar merupakan konsultan data science.

Cybertrend, menurut Nadia, langsung berhubungan dengan kalangan universitas untuk mencari SDM. Cybertrend bahkan kadang ikut terlibat dalam penyusunan kurikulum data science sebagai bahan ajar universitas rekanan.

Setiap merekrut pekerja, Cybertrend selalu melakukan grooming guna meningkatkan kapasitas SDM barunya.

Dia tidak memungkiri, generasi milenial khususnya di bidang IT, banyak yang sering berpindah perusahaan. Namun Nadia menyatakan, di Cybertrend karyawannya termasuk yang cukup loyal.

"Meski karyawan kami banyak diambil perusahaan perusahaan unicorn, biasanya kami tetap menjalin hubungan dan itu menjadi kolaborasi ke depannya. Kadang mereka (mantan karyawan) ada di sisi konsumen kami," kata Nadia.

Dia menambahkan, selama perusahaannya memiliki core value yang bagus, SDM-nya akan punya rasa memiliki. "Terbentuk group mindset, ditambah kearifan lokal, gotong rotong, SDM kami cukup loyal," pungkas Nadia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×