kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Daerah penghasil migas ingin kelola sumur-sumur migas tua yang terbengkalai


Senin, 05 April 2021 / 20:16 WIB
Daerah penghasil migas ingin kelola sumur-sumur migas tua yang terbengkalai
ILUSTRASI. Penambang migas rakyat. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/ama/16


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

Hadir di acara yang sama, Bupati Tabalong, Anang Syakhfian mengatakan, pemberian kesempatan kepada daerah untuk mengelola ladang-ladang minyak dan gas bumi marjinal berpotensi meningkatkan hasil eksploitasi di daerah.

“Kalau misalnya potensi yang ada di Tabalong sekitar 3.000 - 3.500 barel per hari, lalu kalau ladang minyak kecil yang dimaksud Ketum (Ketum ADPMET, Ridwan Kamil) bisa kita eksploitasi lagi, mungkin bisa mencapai 10.000 barel per hari,” terang Anang.

Senada, Walikota Tarakan, Khairul, menyampaikan bahwa pengelolaan ladang-ladang minyak dan gas bumi marjinal oleh daerah dapat membantu pemerintah untuk mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari.

“Mencari sumur-sumur baru sekarang kayaknya relatif agak sulit, sehingga memang yang mungkin perlu dilakukan adalah revitalisasi terhadap sumur-sumur tua yang ratusan ribu jumlahnya itu,” kata Khairul.

Aspirasi dari pihak ADPMET mendapat penerimaan baik dari pihak DPR. Pimpinan RDPU Komisi VII DPR RI dan ADPMET (5/4) menyampaikan bahwa Komisi VII DPR RI bersepakat untuk menerima aspirasi ADPMET untuk menjadi masukan penting pada proses pembahasan lebih lanjut dalam rapat kerja dengan Menteri ESDM RI.

“(Komisi VII) memberikan kesempatan pemerintah daerah melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam rangka mengelola ladang-ladang minyak dan gas bumi marginal,” tutur pimpinan RDPU.

Dihubungi terpisah, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjajaran, Yayan Satyaki mengatakan produksi lifting migas untuk sumur non marginal (belum tua) berkisar 5.000 - 10.000 barel per hari, sementara potensi produksi lifting migas kemungkinan berada di bawah angka tersebut.

Pengelolaan sumur minyak dan gas bumi tua menurutnya bisa menjadi opsi alternatif yang bisa diambil, sebab kondisi sumur yang demikian sudah tidak memiliki skala ekonomis yang bagus bagi perusahaan besar. Hanya saja, ia mengingatkan bahwa pengelolaan migas oleh daerah tersebut perlu dilakukan secara transparan oleh daerah.

“Artinya sejauh mana penggunaan sumber daya ini digunakan untuk masyarakat, apakah itu infrastruktur atau pendidikan,” kata Yayan kepada Kontan.co.id, Senin (5/4).

Selanjutnya: Gara-gara kebakaran, pasokan gas dari ONWJ ke Kilang Balongan berhenti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×