kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.414   -21,00   -0,13%
  • IDX 7.163   21,76   0,30%
  • KOMPAS100 1.042   1,54   0,15%
  • LQ45 812   0,25   0,03%
  • ISSI 225   -0,20   -0,09%
  • IDX30 425   0,47   0,11%
  • IDXHIDIV20 509   -0,96   -0,19%
  • IDX80 117   -0,16   -0,13%
  • IDXV30 121   -0,60   -0,49%
  • IDXQ30 139   -0,02   -0,01%

Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI) Belum Akan Datangkan Bus Listrik


Selasa, 02 April 2024 / 11:10 WIB
Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI) Belum Akan Datangkan Bus Listrik
ILUSTRASI. Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI), APM kendaraan komersial merek Mercedes-Benz di Indonesia belum akan memperkenalkan produk bus listrik


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI), agen pemegang merek (APM) kendaraan komersial merek Mercedes-Benz di Indonesia, mengaku belum akan memperkenalkan produk bus listrik ke pasar Tanah Air dalam waktu dekat. DCVI sangat mempertimbangkan faktor kesiapan ekosistem dalam pengembangan produk tersebut.

Faustina, Kepala produk dan pemasaran DCVI menyampaikan, saat ini pihaknya sedang melakukan studi terkait pengembangan bus listrik di Indonesia. Hanya saja, DCVI mengindikasikan bahwa pihaknya dan beberapa merek otomotif Eropa lainnya belum akan membawa bus listrik ke Indonesia dalam waktu dekat.

“Ada banyak obstacle (rintangan) yang bukan hanya berasal dari eksternal, tetapi juga internal,” ujar dia saat Media Gathering, Senin (1/4).

Salah satu faktor yang jadi tolok ukur DCVI adalah kesiapan ekosistem kendaraan listrik komersial di Indonesia, khususnya terkait charging station dan layanan aftersales. Faustina memberi contoh, baterai bus listrik umumnya memiliki berat mencapai 600 kilogram.

Perlu penanganan khusus ketika baterai tersebut perlu diganti untuk keperluan recycle ataupun ketika bus listriknya mengalami kecelakaan.

Baca Juga: APM Truk Bakal Ditopang Sektor Pertambangan

“Untuk mengangkat baterai bus listrik saja harus ada alat khusus, jelas ini tidak main-main,” tutur dia.

Selain itu, tentu diperlukan investasi yang besar dalam pengembangan bus listrik, baik dari pihak produsen dan distributor maupun pihak operator sebagai pembeli bus listrik. Jika memang ekosistem pendukungnya belum siap, dikhawatirkan operasional bus listrik tersebut tidak begitu optimal.

Bahkan, bukan tidak mungkin penumpang yang mesti menanggung kompensasi tingginya biaya investasi bus listrik, misalnya melalui pengenaan tarif lebih mahal daripada tarif bus konvensional.

DCVI juga tidak memungkiri bahwa fokus pemerintah saat ini lebih dahulu memprioritaskan pengembangan kendaraan listrik penumpang, ketimbang kendaraan listrik komersial seperti bus atau truk.

“Pemerintah masih fokus ke mobil penumpang. Kami tidak salahkan itu, karena pasti semua ada prioritasnya,” tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×