Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program dedieselisasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan semakin menarik jika dibantu dengan pendanaan dari skema Just Energy Transition Partnership (JETP).
Melansir dokumen Dokumen Investasi dan Kebijakan Komprehensif (CIPP), sebanyak 31 proyek PLTS dedieselisasi masuk ke dalam daftar prioritas JETP. Adapun lokasi pembangkitnya tersebar di barat hingga timur Indonesia dengan kapasitasnya beragam paling kecil 0,5 MW hingga 44,2 MW.
Analis Energi Institute of Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Putra Adhiguna menjelaskan, saat ini sudah cukup ada ketertarikan pelaku usaha ke program konversi PLTD ke PLTS. Meski kendalanya cukup sama yaitu tempat yang terpencil dan tersebar yang membuat keekonomiannya menantang.
“Usulan kami untuk menghimpun proyek-proyek yang ada menjadi paket tertentu tetap perlu didorong untuk bisa menjadi daya tarik,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (8/11).
Putra menjelaskan, proyek prioritas JETP menunjukkan bahwa dari evaluasi sekretariat pelaksanaan dedieselisasi dengan EBT termasuk hal paling penting dan efisien untuk dilakukan.
Baca Juga: AESI: Total Kapasitas PLTS Berpotensi Capai 800 MW pada 2023
“Pendanaan JETP diharapkan bisa benar-benar diberikan pada rate yang kompetitif untuk menopang keekonomian-nya. Pendanaan yang kompetitif akan membantu keekonomian bagi pelaku usaha,” terangnya.
Putra menyatakan, bila terealisasi, penggunaan dana bantuan dari program seperti JETP juga dapat membantu untuk membuat skala prioritas proyek dedieselisasi. Mana yang akan menjadi komitmen utama PT PLN, mengingat daftar proyek yang panjang dan progres yang cukup terbatas.
Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, Vice President Transisi Energi dan Perubahan Iklim, PLN, Anindita Satria Surya memaparkan, pelaksanaan program dedieselisasi atau konversi pembangkit listrik tenaga disel (PLTD) menjadi strategi peningkatan bauran energi, khususnya energi surya dalam sistem kelistrikan.
“Terdapat beberapa strategi PLN untuk melakukan integrasi energi terbarukan, di antaranya dalam jangka pendek mencapai RUPTL (2021-2030) dengan sekitar 4,7 GW atau 22% berasal dari PLTS,” ujar Anindita dalam webinar Kamis (8/3).
Dalam pemaparannya, energi terbarukan lainnya yang akan dikembangkan untuk mencapai RUPTL di antaranya adalah PLTA (44%) dan PLTP (16%). Selain itu, pihaknya akan melakukan, dedieselisasi, pensiun dini batubara, co-firing biomassa.
Baca Juga: PLTS Cirata Diharapkan Buka Jalan Pengembangan Surya Terapung di Indonesia
Kemudian, dalam jangka panjang untuk mencapai NZE (2031-2060), langkah yang akan dilakukan di antaranya mendorong penyimpanan listrik berbasis baterai dan interkoneksi, serta co-firing hidrogen.
Di sisi pengembangan teknologi dan ekosistem, PLN akan berfokus untuk di antaranya PLTS, dan kendaraan listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News