Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya daya beli masyarakat dinilai jadi penyebab banyaknya gerai ritel yang tutup pada triwulan pertama tahun 2025.
Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi di The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio Nugroho, mengatakan bahwa kinerja ritel kuartal I-2025 masih dibayangi tekanan daya beli masyarakat yang tak kunjung membaik.
"Kalau berbicara mengenai kinerja gerai ritel di kuartal I yang mendominasi itu tekanan daya beli masyarakat yang belum membaik," terang Andry kepada Kontan.co.id, Selasa (6/5).
Menurutnya, pangsa pasar ritel itu didominasi oleh kalangan menengah ke bawah dan hanya sedikit yang termasuk kelas atas.
Baca Juga: Gerai Ritel Berguguran! Terhimpit Biaya Operasional yang Besar dan Sulit Bersaing
"Nah tekanan ini, mendominasi khususnya di masyarakat kelas menengah ke bawah. Jadi ketika ada tekanan tersebut seperti yang disampaikan di awal, bahkan stimulus yang diberikan ke pemerintah pun belum mampu mendorong daya beli masyarakat meningkat," tambahnya.
Ada pun, mengingat triwulan pertama tahun 2025 memiliki momentum festive yakni Lebaran, ternyata belum begitu mendongkrak belanja masyarakat pada kuartal-I 2025 ini. Artinya, kondisi ini tak hanya berdampak pada industri ritel tetapi juga industri lainnya di seluruh negeri.
Selain itu, banyaknya masyarakat yang lebih memilih berbelanja melalui online channel menjadi salah satu tantangan peritel. Andry mengatakan jika gelombang digitalisasi banyak memberikan dampak, sehingga saat ini pula banyak ritel yang mencoba pangsa pasar online guna mendorong efisiensi.
"Kalau kita melihat bahwa gelombang digitalisasi itu tentunya memberikan dampak. Semakin efisien ritelnya itu semakin bertahan. Banyak ritel ini juga memanfaatkan online channel untuk mendorong efisiensi. Itu memang menurut saya salah satu tekanan terhadap tenaga kerja," terangnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekonomi kuartal I-2025 hanya mampu tumbuh sebesar 4,87% secara tahunan (YoY). Pertumbuhannya melambat jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level 5,11% YoY.
Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Rendah, Pelaku Ritel Minta Pemerintah Beri Stimulus BLT Voucher
Di sisi lain, mengutip laporan "Mandiri Institute: Perkembangan Belanja Masyarakat Terkini" yang dirilis pada 20 April 2025, tercatat bahwa belanja dalam tren normalisasi mulai melambat sejak libur Lebaran 2025.
Dari laporan tersebut, tercatat pula tabungan kelompok bawah yang biasanya meningkat periode Lebaran namun tahun ini terus melambat dan berada di level terendah, menunjukkan daya beli yang semakin tergerus. Pada Ramadan tahun lalu, indeks tabungan kelompok bawah berada di angka 91,8 sedangkan tahun ini di angka 79,9.
Tingkat tabungan kelompok menengah stabil dan relatif sama dengan di Ramadan 2024, di rentang indeks 101,3-101,2. Data ini mengindikasikan perilaku kelompok menengah menahan belanja.
Di sisi lain, tingkat tabungan kelompok atas dalam tren melambat, mulanya 94,9 pada tahun 2024 dan kini 94,1 pada tahun 2025. Hal ini mengindikasikan belanja saat ini lebih banyak dilakukan oleh kelompok ini.
Selanjutnya: Simak Kinerja Emiten Kimia pada Kuartal Pertama dan Strateginya pada 2025
Menarik Dibaca: 4 Varian Micellar Water Wardah Sesuai Jenis Kulit untuk Hapus Makeup dan Kotoran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News