Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban utang untuk menutup cost overrun pembangunan proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berpotensi mempengaruhi kinerja PT KAI apabila tidak diantisipasi dengan baik.
Kepala Center for of Macroeconomics and Finance The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman menyebut, beban utang penutup cost overrun KCIC berpotensi menambah beban fiskal, terlebih jika tidak direncanakan dengan baik dan antisipatif.
"Hal ini sudah terjadi dan dicontohkan kasus perencanaan pembangunan KCIC yang berpotensi cost overrun," terangnya kepada Kontan, Senin (10/6).
Terlebih, target pendapatan operasional KCIC juga belum sesuai harapan.
Rizal mengingatkan, perencanaan mitigasi risiko gagal bayar yang tidak akurat akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kegagalan bayar utang KCIC dan berisiko makin menumpuk utang yang jatuh tempo.
Baca Juga: Damri Hadirkan Layanan dari Stasiun Whoosh KCIC ke Bandara Soetta, Berapa Tarifnya?
Jika tidak dimitigasi dengan baik, maka beban yang diderita PT KAI yakni utang dan beban bunga akan semakin memumpuk, pastinya akan berimbas pada kinerja PT KAI dalam mengelola KCIC dan mempengaruhi kinerja keuangan PT KAI itu sendiri.
"Artinya skema cost overrun yang kian unpredictable terutama dalam memitigasi risiko maka akan mempengaruhi kinerja dari PT KAI," ujarnya.
Menurutnya, penting bagi KCIC untuk mendorong penerimaan operasional yang lebih besar melalui optimalisasi.
"Masalahnya adalah pengguna KCIC yang belum sesuai target. Pembayaran utang dan suku bunganya tentu akan mempengaruhi yield-nya atau revenue-nya. Selain itu, juga akan membebani pelunasan utangnya," ujar Rizal soal urgensi meningkatkan operasional KCIC.
Selain itu, Rizal menyarankan, optimalisasi KCIC dilakukan dengan terus menggaet pengguna serta melakukan kerjasama badan usaha yang lebih memadai supaya cost overrun bisa ditekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News