Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan ikan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) melaporkan realisasi kinerja kuartal III 2018 yang kurang dari harapan karena kondisi cuaca yang tidak menguntungkan industri ikan tangkap. Namun memasuki kuartal IV, kinerja diperkirakan bisa membaik dan mengejar ketinggalan.
Dalam rekapnya, realisasi pendapatan kuartal III emiten dicatat sebesar Rp 453,02 miliar atau meleset dari target emiten pada kuartal tersebut di besaran Rp 513,2 miliar. Kemudian bila dibandingkan dengan pendapatan kuartal III tahun lalu, emiten mengalami koreksi 8,14% dari rekap Rp 493,2 miliar.
Saut Marbun Corporate Secretary DSFI menjelaskan hal tersebut dikarenakan stok ikan yang dimiliki DSFI tidak mencukupi permintaan dari customer.
"Pertama karena pada kuartal III ada libur lebaran selama dua minggu, dan kemudian cuaca pada kuartal ini memang tidak bersahabat," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (4/10).
Menurutnya, memang sudah menjadi hal lumrah bahwa kinerja industri ikan tangkap pada kuartal III akan koreksi, pasalnya ombak laut pada periode tersebut tinggi dan kerap dianggap sebagai periode yang kosong.
Untungnya, memasuki kuartal IV, perkiraannya bakal lebih positif karena bakal memasuki musim panen dan musim tangkap ikan.
Saut mengaku terdapat kemungkinan besar pendapatan DSFI tahun ini bisa jadi meleset dari perhitungan korporasi yang menargetkan Rp 717 miliar tahun ini.
"Tapi tiga bulan jelang akhir tahun ini, hasil tangkap perikanan bisa mencapai setengah tahun kinerja, jadi lihat saja nanti kuartal IV," katanya.
Adapun penguatan nilai tukar dollar pada rupiah tidak menjadi sentimen yang signifikan pada perusahaan yang 95% produknya mengandalkan ekspor ini.
Pasalnya, emiten masih memiliki sejumlah beban keuangan dalam bentuk valuta asing, sehingga keuntungan selisih kurs ekspor akan digunakan untuk menahan-utang dalam bentuk dollar.
Tak hanya itu, isu lain yang mengurangi kinerja DSFI adalah minimnya fasilitas kapal nelayan mitra perusahaan.
Saut menjelaskan, selama ini DSFI menjaring hasil tangkapan nelayan yang mayoritas berlayar di lautan Indonesia timur, dan nelayan tersebut memiliki kapasitas kapal yang minim, kurang dari 30 gross tonnage.
Oleh karenanya, Saut berharap pemerintah dapat memperhatikan lebih cermat pada nelayan-nelayan rakyat tersebut. Misalnya dengan memberikan fasilitas kapal yang lebih baik atau bantuan pinjaman untuk meningkatkan kapasitas kapal mereka.
Untuk saat ini, DSFI memang masih berfokus pada ekspor produk perikanan. Pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat dengan pangsa 40%, diikuti oleh Jepang 12%, Eropa 28%, Australia 10% dan sisanya kepada negara Afrika dan Timur Tengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News