Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki era new normal, kelangkaan masker sudah tidak terjadi lagi. Cukup banyak ritel dan toko yang menjual kembali dengan stok memadai untuk kebutuhan pasar.
Berdasarkan pengamatan dari produsen masker anggota-anggota Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki), permintaan masker sebenarnya sudah mulai stabil dan bahkan cenderung menurun dari puncaknya beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Cegah keramaian, Pemprov DKI masih larang live musik selama PSBB transisi
"Kontributor utama kestabilan ini adalah peningkatan minat masyarakat umum terhadap masker kain dan peningkatan tajam volume masker impor," Erwin Hermanto, Kepala Bidang I Promosi Produk Aspaki kepada Kontan.co.id, Kamis (9/7).
Mengenai jumlah permintaan, sayangnya Aspaki belum meng-collect data tersebut. Yang terang kata Erwin, pada saat ini banyak masker medis impor terutama dari China cukup marak lantaran dampak dari pelonggaran impor produk-produk untuk penanganan Covid-19.
"Untuk komposisi pastinya kami belum ada data, tetapi dapat diamati dari pasar kalau produk impor sudah sangat banyak tersedia," kata Erwin. Adapun kapasitas produksi masker medis nasional, Aspaki mencatat saat ini mencapai 320 juta masker per bulan.
Dalam rilis berita Kementerian Perindustrian Minggu kemarin (5/7), disebutkan pemerintah berupaya untuk mewujudkan kemandirian di sektor kesehatan dengan mendorong sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) melakukan diversifikasi produknya, yakni masker kain untuk digunakan masyarakat.
Baca Juga: Dibuka untuk wisatawan luar Jabar, ini harga tiket The Great Asia Africa Lembang
Saat ini, dalam catatan Kemenperin, terjadi peningkatan signifikan pada produksi masker medis yang terdiri dari coverall/protective suite, surgical gown dan surgical mask. Berdasarkan data yang dihimpun Kemenperin dan Kementerian Kesehatan, terjadi surplus produksi sampai Desember 2020 sebesar 1,96 miliar buah untuk masker bedah, kemudian 377,7 juta buah masker kain, sebanyak 13,2 juta buah pakaian bedah (gown/surgical gown), dan 356,6 juta buah untuk pakaian pelindung medis (coverall).
Tingginya kebutuhan masker saat pandemi kemarin membuat produsen elektronik, PT Polytron meluncurkan masker kesehatan tiga lapis, di desain secara seksama untuk memastikan pengguna tetap nyaman dan dapat bernafas dengan lega. Lapisan luar terbuat dari material PP non woven yang tahan air dan berfungsi mencegah cairan atau droplet menempel di masker.
Lapisan tengah adalah lapisan filter yang menggunakan material PP meltdown yang berfungsi menyaring debu, bakteri dan virus. Sementara lapisan dalam menggunakan material PP non woven yang bisa menyerap air dan droplet dari pernafasan kita baik dari mulut maupun hidung.
Product Manager Polytron, Bambang Athung menyampaikan bahwa, Teknologi Polytron untuk memproduksi peralatan elektronik seperti LED TV menjadi modal utama untuk memproduksi masker kesehatan tiga lapis ini yang di produksi di dalam ruangan super bersih berstandar internasional yang dimiliki oleh Polytron.
Baca Juga: Gugus Tugas: Komorbid menjadi penyebab tingginya kasus fatal Covid-19
"Masker kesehatan tiga lapis yang di produksi Polytron tersebut sudah lolos pengujian standar internasional yang mensyaratkan BFE 3 micron (Bacterial Filtration Efficiency) dimana masker harus mampu menyaring droplet, virus atau bakteri," ujar Bambang.
Sayangnya perseroan tak menjelaskam lebih lanjut terkait jumlah produksi maskernya. Namun perseroan mengatakan masker ini sudah memenuhi PFE 0,1 micron (Particle Filtration Effeciency), dimana persyaratan di atas yang membedakan masker kesehatan dengan masker harian (daily mask).
Masker ini hadir dalam dua pilihan kemasan, yaitu PM 1050W berisi 50 masker per kotak dan PM 1005 yang di kemas lagi dalam lima masker per plastik individu dalam satu kotak.
Harga masker Polytron ini juga di jual dengan harga terjangkau untuk semua yang membutuhkan yaitu dengan kisaran harga di bawah Rp150 ribu per kotak dengan isi 50 masker.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News