Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) membukukan kinerja yang kurang optimal sepanjang semester satu lalu. Perusahaan ini pun masih optimistis kinerjanya akan membaik, terutama di segmen bisnis ketenagalistrikan.
Sebagai pengingat, DSSA mencetak penurunan pendapatan usaha sebesar 7,26% (yoy) menjadi US$ 771,60 juta di semester I-2020. Di saat yang sama, laba bersih DSSA merosot 39,35% (yoy) menjadi US$ 22,45 juta.
Sekretaris Perusahaan Dian Swastatika Sentosa Susan Chandra mengatakan, penurunan pendapatan usaha DSSA lebih disebabkan adanya tekanan pada bisnis ketenagalistrikan. Kala itu, segmen konstruksi, jasa operasi, dan keuangan pembangkit listrik DSSA turun 47,62% (yoy) menjadi US$ 108,01 juta.
“Penurunan ini juga disebabkan karena penerapan ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan) 16 di laporan keuangan entitas anak perusahaan,” tambah dia, Jumat (25/9).
Baca Juga: Bukan karena batubara, ini penyebab kinerja Dian Swastatika Sentosa (DSSA) turun
Beruntung, pendapatan dari segmen andalan DSSA yaitu pertambangan dan perdagangan batubara masih cukup stabil kinerjanya. Ini mengingat pendapatan usaha dari bisnis tersebut tumbuh 17,16% (yoy) menjadi US$ 581,04 juta di semester pertama kemarin.
Untuk bisnis batubara, DSSA mendapat sokongan dari anak usahanya yaitu PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). Di samping itu, DSSA juga sudah mulai merasakan dampak peningkatan kepemilikan saham di perusahaan tambang asal Australia, Stanmore Coal Limited.
“Kinerja Stanmore sudah dikonsolidasikan di laporan keuangan kami per 30 Juni 2020,” kata Susan.
Sayangnya, ia enggan menjawab terkait peluang DSSA untuk meningkatkan kembali kepemilikan saham di Stanmore Coal dalam waktu dekat.
Asal tahu saja, bulan Mei silam, anak usaha DSSA yaitu Golden Energy and Resources (GEAR) membeli 3,87 juta saham Stanmore Coal dengan harga A$ 1 per saham. Dengan begitu, dana yang dikeluarkan GEAR untuk pembelian saham Stanmore Coal mencapai A$ 3,88 juta.
Aksi korporasi tersebut dilakukan GEAR lewat anak usahanya yakni Golden Investment Pte Ltd. Lantas, saat ini kepemilikan saham GEAR di Stanmore Coal tumbuh dari 58,82% menjadi 60,25%.
Lebih lanjut, Susan yakin kinerja DSSA akan kembali membaik di sisa tahun ini. Harapan tersebut mencuat lantaran DSSA sebentar lagi akan menyelesaikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kalteng-1 yang berkapasitas 2x100 megawatt (MW). Pembangkit tersebut ditargetkan beroperasi secara komersial pada kuartal IV tahun ini.
Saat ini, proyek PLTU Kalteng-1 tengah menjalani proses persiapan akhir, termasuk pemasangan transmisi jaringan dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PLTU tersebut nantinya diharapkan akan meningkatkan kontribusi pendapatan pembangkit listrik bagi DSSA.
Baca Juga: DSSA fokus tuntaskan proyek PLTU dan perkuat bisnis tambang batubara
Selain itu, Keberadaan PLTU Kalteng-1 akan menambah aset portofolio DSSA di bidang pembangkit listrik setelah di bulan Oktober 2019 lalu perusahaan ini telah mengoperasikan PLTU Kendari-3 berkapasitas 2x50 MW.
Di luar dua pembangkit tersebut, DSSA juga memiliki PLTU Sumsel-5 yang berkapasitas 300 MW dan captive power plant berkapasitas 300 MW yang tersebar di Tangerang, Serang, dan Karawang.
Susan menuturkan, pihaknya terus melakukan analisis terkait peluang pengembangan bisnis ketenagalistrikan di masa mendatang, termasuk bisnis energi terbarukan. “Namun memang saat ini belum ada peluang bisnis baru yang spesifik,” tandasnya.
Selanjutnya: Masuk bisnis IT, Dian Swastatika (DSSA) setor modal US$ 5 juta lewat anak usaha
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News