Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Guna menekan lonjakan penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) bersama Food Industry Asia (FIA) menggelar lokakarya yang mendorong pentingnya kebijakan pangan berbasis sains.
Acara ini menjadi wadah kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat reformulasi produk dan mendukung kesehatan publik.
PTM saat ini menyumbang lebih dari 73% kematian di Indonesia. Kondisi ini mendorong perlunya strategi reformulasi pangan sebagai salah satu solusi efektif untuk menekan angka tersebut.
Baca Juga: Gapmmi Keluhkan Krisis Garam Industri, Begini Respon Pemerintah
Lokakarya yang melibatkan kalangan pemerintah, akademisi, dan pelaku industri ini membahas praktik global reformulasi pangan, metode penilaian risiko, serta strategi kerja sama lintas sektor guna memperkuat kebijakan kesehatan nasional.
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI, Asnawi Abdullah, menegaskan pentingnya pengendalian konsumsi gula, garam, dan lemak sebagai bagian dari misi Indonesia Emas 2045.
“Reformulasi pangan menjadi strategi vital dalam menurunkan risiko PTM. Kami mendorong pelabelan gizi yang transparan serta inovasi produk yang lebih sehat,” ujar Asnawi dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Jumat (9/5).
Ia menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan industri sangat krusial dalam menciptakan lingkungan pangan yang sehat dan berkelanjutan.
CEO FIA Matt Kovac turut menyoroti pentingnya kemitraan publik-swasta dalam menghasilkan solusi berbasis sains yang dapat diadopsi secara luas.
“Kami berharap lokakarya ini menjadi titik awal kolaborasi jangka panjang demi meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat Indonesia,” kata Matt.
Senada, Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman menekankan perlunya kebijakan pangan yang seimbang antara tujuan kesehatan masyarakat dan pertumbuhan industri.
Baca Juga: Gapmmi Minta Pemerintah Kaji Ulang Rencana Kenaikan PPN Menjadi 12% pada 2025
Menurutnya, reformulasi pangan perlu dilakukan secara bertahap dengan target berbasis bukti ilmiah.
"Reformulasi pangan harus mempertimbangkan praktik global yang relevan dengan konteks lokal. GAPMMI siap membantu pemerintah menyusun peta jalan reformulasi yang terukur dan aplikatif,” ujar Adhi.
Ia menambahkan bahwa pengurangan kandungan gula, garam, dan lemak dalam produk pangan secara bertahap merupakan salah satu fokus utama guna menekan prevalensi PTM.
“Kita juga perlu mengadaptasi praktik terbaik global sesuai kebutuhan lokal, dengan dukungan kebijakan pemerintah dan inovasi dari pelaku industri. GAPMMI berkomitmen membantu merancang peta jalan yang praktis, bertahap, dan terikat waktu,” tambahnya.
Lokakarya ini sekaligus menjadi langkah awal implementasi Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan, yang mengamanatkan pengendalian konsumsi gula, garam, dan lemak secara nasional.
Kolaborasi lintas sektor dan pendekatan berbasis sains disepakati sebagai fondasi utama dalam membangun kebijakan pangan yang efektif dan berdampak.
Selanjutnya: Cara Download FF Beta Testing (FF Advance Server) Resmi, Segini Ukuran APK Android
Menarik Dibaca: Ekonom Sarankan Ini Agar Kinerja Waskita Optimal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News