kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.280   21,00   0,13%
  • IDX 6.944   39,53   0,57%
  • KOMPAS100 1.011   9,10   0,91%
  • LQ45 769   6,42   0,84%
  • ISSI 230   2,11   0,93%
  • IDX30 395   2,10   0,54%
  • IDXHIDIV20 455   1,70   0,37%
  • IDX80 113   1,22   1,09%
  • IDXV30 115   1,19   1,05%
  • IDXQ30 128   0,74   0,59%

Ekspor Naik 76,21%, Ini Strategi Kemenperin-YBI Dongkrak Industri Batik


Kamis, 26 Juni 2025 / 22:53 WIB
Ekspor Naik 76,21%, Ini Strategi Kemenperin-YBI Dongkrak Industri Batik
ILUSTRASI. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam Kick-Off Hari Batik Nasional 2025


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Batik menyimpan potensi yang menarik baik dari sisi produk budaya maupun industri. Bukan hanya di dalam negeri, batik juga diminati oleh pasar luar negeri. Hal ini tampak dari lonjakan ekspor batik di awal tahun ini.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan kinerja ekspor batik pada triwulan I-2025 mencapai US$ 7,63 juta. Meningkat 76,21% dibandingkan periode yang sama tahun 2024, yang kala itu baru menyentuh US$ 4,33 juta.

Baca Juga: Menyulam Batik dengan Teknologi

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ingin memacu pengembangan industri batik agar semakin produktif. Sekaligus bisa bertransformasi agar adaptif dengan perkembangan zaman melalui inovasi dan penerapan teknologi. 

“Peluang strategis bagi industri batik untuk memperkuat pasar melalui inovasi desain, peningkatan kualitas produk, serta strategi pemasaran yang relevan dengan perkembangan zaman. Kami mengimbau agar perajin dan pengusaha batik jeli melihat peluang, terutama untuk konsumen generasi muda,” ungkap Agus dalam Kick-Off Hari Batik Nasional 2025 di Jakarta, Rabu (25/6).

Agus membeberkan sejumlah inovasi dan teknologi yang sedang berkembang di industri batik. Antara lain penggunaan kompor listrik, pengolah limbah cair skala kecil, katalog digital pewarna alam atau Natural Dyes Indexation (Nadin), mesin motif batik digital, penerapan Programmable Logic Controller (PLC) untuk batik cap, serta pemanfaatan limbah sawit untuk pembuatan malam (lilin batik).

“Penerapan inovasi dan teknologi akan berdampak signifikan terhadap penurunan biaya produksi dan konsumsi energi, hingga mendukung industri batik menjadi lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tutur Agus.

Baca Juga: UMK Academy Pertamina, Batik Lokal 'Apikmen' Buktikan Mampu Go Global

Agus mencontohkan Batik Butimo sebagai Industri Kecil Menengah (IKM) yang mengembangkan terobosan mesin Computer Numerical Control (CNC) Batik. CNC diklaim sebagai mesin yang bisa mempercepat produksi, sekaligus mempertahankan kaidah proses produksi batik.

Agus juga mengapresiasi startup Runsystem yang telah membuat Enterprise Resource Planning (ERP) untuk membantu manajemen rantai pasok IKM batik. Catatan Agus, inovasi dan penerapan teknologi tetap dilakukan dengan hati-hati dan bertanggung jawab, supaya nilai-nilai tradisional batik tetap terjaga.

GBN dan HBN 2025

Dalam upaya memacu transformasi batik, Kemenperin berkolaborasi dengan Yayasan Batik Indonesia (YBI). Agus menyadari, dalam implementasinya, penerapan teknologi dan inovasi di kalangan IKM batik masih terhalang oleh sejumlah tantangan.

Kemenperin bersama YBI pun mengangkat inovasi dan teknologi sebagai tema dalam perayaan Hari Batik Nasional (HBN) 2025. Ketua Umum YBI Gita Pratama menyampaikan, pemanfaatan teknologi mulai dari digitalisasi proses produksi hingga penguatan platform pemasaran bukan lagi pilihan, tetapi telah menjadi langkah yang perlu diambil.

Baca Juga: Regenerasi Pembatik Demi Lestarikan Batik Tulis Batang yang Terancam Punah

Pada tahun ini, Kemenperin dan YBI akan menyelenggarakan peringatan HBN dan Gerakan Batik Nasional (GBN) pada 30 Juli - 3 Agustus 2025. Agenda ini akan berlangsung di Pasaraya Blok M, Jakarta, dengan mengusung tema “Bangga Berbatik”. 

"Keberlanjutan tidak hanya soal teknologi, tetapi juga tentang menjaga nilai, merawat kesinambungan tradisi, dan memastikan keterlibatan generasi muda. Di sinilah GBN dan HBN mengambil peran penting sebagai ruang bertemunya tradisi dan transformasi,” kata Gita.

GBN dan HBN ini sekaligus sebagai upaya untuk memacu pengembangan industri batik  agar semakin digemari oleh konsumen di dalam negeri maupun menembus pasar ekspor. Sebagai informasi, Kemenperin dan YBI menetapkan Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai ikon GBN dan HBN 2025.

Batik Tulis Merawit Cirebon merupakan salah satu batik nusantara yang memiliki ciri khas pola halus dengan ornamen yang detail, berupa garis-garis tipis dengan latar warna terang yang mencerminkan kekayaan seni dan budaya dari Cirebon.

Merawit merupakan teknik menggoreskan canting tembokan dengan malam panas yang menghasilkan warna goresan garis kecil, tipis tanpa putus dengan latar kain berwarna muda/terang, sementara garis (outline) berwarna tua/gelap.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita mengungkapkan pada November 2024 Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum telah menetapkan Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai Indikasi Geografis (IG) Batik keenam di Indonesia, sekaligus yang pertama untuk Kabupaten Cirebon.

Reni menjelaskan, perlindungan IG penting untuk menjaga karakteristik dan ciri khas, sekaligus mencegah terjadinya pelanggaran penggunaan nama Batik Tulis Merawit Cirebon. Dengan sertifikat ini, logo IG akan tertera di setiap produk Batik Tulis Merawit Cirebon yang diproduksi oleh IKM di Sentra Batik Trusmi Cirebon. 

Baca Juga: Inacraft 2025 Jadi Ajang Peluncuran Batik Ramah Lingkungan Berbahan Sawit

Kemenperin menyiapkan berbagai program dalam HBN 2025 seperti webinar, pelatihan dan program fasilitasi lainnya. Selain di HBN, IKMA Kemenperin juga memiliki  program pendukung industri batik seperti fasilitasi pelindungan IG, penumbuhan wirausaha baru, penerapan industri 4.0, pengembangan Sentra IKM, restrukturiasi mesin/peralatan produksi, dan fasilitasi pameran.

Kemenperin belum membeberkan data terbaru mengenai jumlah IKM batik. Sebagai referensi, Direktori Sentra Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 mencatat jumlah pelaku industri batik di Indonesia mencapai 5.946 industri dan 200 sentra IKM yang tersebar di 11 provinsi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×