Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Ekspor produk perikanan, khususnya udang, meningkat tajam pada Mei lalu. Data Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menunjukkan, ekspor perikanan Indonesia mencapai 59.500 ton, naik 27,03% ketimbang volume ekspor April.
Sayangnya, nilai ekspor di bulan yang sama cuma mencapai US$ 137 juta, hanya naik 1,94% ketimbang perolehan sebulan sebelumnya.
Ada beberapa faktor pendorong kenaikan itu. Pertama, wabah flu babi membuat permintaan produk perikanan meningkat. "Warga Eropa lebih memilih produk perikanan ketimbang mengonsumsi daging babi maupun ayam," papar Direktur Jenderal Pemasaran Produk Perikanan DKP, Senin (6/7).
Faktor kedua, DKP makin gencar mempromosikan produk perikanan Indonesia ke pasar baru dan berhasil membuka pasar antara lain ke Rusia dan Saudi Arabia.
Ketiga, volume ekspor ke negara-negara berkembang bertambah. Martani bilang, pasar perikanan selama ini, Eropa dan Amerika Serikat (AS), tak lagi bisa diandalkan. "Makanya negara berkembang seperti Bangladesh, Pakistan, Malaysia, Turki, Mesir dan Nigeria kami garap secara serius," papar Martani.
Pasar negara berkembang di Timur Tengah memberi kontribusi besar kenaikan ekspor di Mei. Nilai ekspor ke kawasan tersebut mencapai US$ 70 juta. Bandingkan dengan nilai ekspor ke Eropa Timur dan Eropa Tengah yang cuma US$ 17 juta.
DKP memasang target ekspor perikanan tahun ini mencapai US$ 2,8 miliar. Untuk itu, DKP akan terus membuka pasar baru demi memenuhi target ekspor perikanan.
Selain itu, DKP akan menggenjot produksi udang Vaname di perusahaan-perusahaan besar. "Kami bakal arahkan mereka agar memproduksi udang itu," ujar Dirjen Perikanan Budidaya dan Produksi Departemen Kelautan dan Perikanan, Made L Nurdjana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News