kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,02   3,68   0.41%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor teh diprediksi meningkat 10% tahun depan


Selasa, 18 Desember 2018 / 14:32 WIB
Ekspor teh diprediksi meningkat 10% tahun depan
ILUSTRASI. Lahan perkebunan teh makin berkurang


Reporter: Denita BR Matondang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi dan produsen perkebunan teh Indonesia menargetkan nilai ekspor teh meningkat 10% di Tahun mendatang. Target ini berkaca pada nilai ekspor teh yang meningkat tajam sepanjang tahun 2018.

Menurut data BPS nilai eskpor teh sepanjang Januari hingga November 2018 naik 183,13% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Nilai ekspor teh Januari hingga November 2018 mencapai US$ 8.747, sedangkan tahun 2017 di periode yang sama mencapai US$ 3.089. Bila hitung dengan harga US$ 1,7 per kilogram (kg) maka ada sebanyak 52.000 ton teh yang diekspor.

Ketua Dewan Pakar Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo), Rohayati Suprihatini mengatakan, kenaikan ekspor teh dipicu teknologi perkebunan teh yang sudah sesuai standar pasar global sejak awal tahun. Di pasar global batas kandungan antharaquinone pada teh sebesar 0,02 ppm. Akibatnya, Tahun 2017 lalu ekspor teh sempat terkoreksi,

Kenaikan ekspor juga didukung oleh perbaikan lahan pertanian tanah rakyat, peningkatan kualitas teh perusahaan perkebunan teh dan permintaan teh di pasar global. 

Catatan Direktur Eksekutif Dewan Teh Indonesia (DTI) Suharyo Husen, estimasi jumlah produksi teh nasional tahun 2018 berkisar 130.000 ton-140.000 ton dengan luas lahan 113,62 hektar (ha). Total produksi diekspor sekitar 50% hingga 60% dari total atau sekitar 70.000 ton.

Suharyo memprediksi produksi ekspor teh bisa meningkat sekitar 10% atau sekitar 77.000 ton di tahun 2019. Dengan harga yang relatif sama dengan tahun 2018 sekitar US$ 1,7 per kg-US$ 2 per kg, 

Produksi ekspor dinilai tidak akan naik seperti tahun ini. Pasalnya, perkebunan teh nasional tengah berupaya meningkatkan kualitas dan mutu teh untuk meningkatkan daya saing di pasar eropa. “Khususnya untuk pelanggan di Belanda dan Jerman itu lebih menyukai teh organik sehingga perkebunan berani jual harga dua kali lipat,” kata Suharyo.

Senada dengan Suharyo, Rohayati mengatakan, ekspor hanya dapat meningkat di level 10% karena pasar teh masih dikuasai oleh China dan Sri Lanka. Selain itu, pertumbuhan produksi teh global tumbuh sekitar 1,7% per tahun. 

Sementara itu tingkat konsumsi teh global hanya 1,3%. “Ada over supply sekitar 400.000 ton teh dunia karena cina terus melakukan perluasan lahan teh,” kata Rohayati.

Namun, Rohayati membuka kemungkinan adanya penurunan eskpor teh hingga 30% tahun depan. Penurunan ekspor terjadi bila Eropa tidak menunda aturan ambang batas senyawa kimia gliphosate pada teh menjadi 0,05 ppmn.

“Kami sudah menyatakan kepada otoritas eropa bahwa perkebunan Indonesia belum siap dengan aturan itu, tentu bantuan pemerintah juga sangat diperlukan. Selain itu, saya berharap pemerintah bisa membuka pasar ekspor ke Malaysia, Pakistan, dan mempertahankan ekspor ke Eropa,” Kata Rohayati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×