kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.290.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.653   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.164   -20,19   -0,25%
  • KOMPAS100 1.136   -7,73   -0,68%
  • LQ45 832   -5,41   -0,65%
  • ISSI 282   -1,61   -0,57%
  • IDX30 437   -3,69   -0,84%
  • IDXHIDIV20 503   -5,62   -1,10%
  • IDX80 128   -0,88   -0,68%
  • IDXV30 136   -1,98   -1,44%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Emisi Karbon dari Industri Manufaktur Diproyeksikan Naik 4 Kali Lipat di 2050


Kamis, 18 September 2025 / 18:30 WIB
Emisi Karbon dari Industri Manufaktur Diproyeksikan Naik 4 Kali Lipat di 2050
ILUSTRASI. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengkhawatirkan terus bertambahnya emisi karbondioksida dari industri manufaktur. Ia menyebut emisi dari industri naik dua kali lipat sejak 2011 hingga 2023 seiring pertumbuhan manufaktur.


Sumber: Kompas.com | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengkhawatirkan terus bertambahnya emisi karbondioksida dari industri manufaktur. Ia menyebut emisi dari industri naik dua kali lipat sejak 2011 hingga 2023 seiring pertumbuhan manufaktur.

“Pertumbuhan dari sektor manufaktur ada konsekuensinya. Konsekuensinya tadi yaitu peningkatan emisi. Datanya dari tahun 2011-2023 ini akibat pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan manufaktur yang baik dari 2011-2023 emisi sektor industri naik dua kali lipat,” ujar Agus dalam acara Green Initiative Conference di Jakarta, Kamis (18/9/2025).

Baca Juga: Medco Energi Internasional (MEDC) Catat Penurunan Emisi Karbon Lebih Cepat

Agus menjelaskan 73% emisi industri bersumber dari konsumsi bahan bakar fosil. Ia mengingatkan tanpa solusi cepat, emisi manufaktur akan semakin tak terkendali.

“Bila tidak ada upaya, dan upaya itu tentu harus cepat, maka dikhawatirkan pada tahun 2050 akan terjadi dua kali lipat lagi lebih besar (dari emisi saat ini) terhadap emisi yang akan dihasilkan di sektor manufaktur,” tegasnya.

Dengan begitu, emisi karbon pada 2050 bisa naik empat kali lipat dibandingkan perhitungan 2024. Agus menambahkan pemerintah mendorong transformasi industri menuju transisi yang berkelanjutan.Salah satunya lewat penerapan teknologi carbon capture and utilization (CCU). CCU dirancang untuk menangkap emisi karbon dari proses industri, lalu mengolahnya menjadi produk bernilai tambah seperti bahan bakar, bahan kimia, atau material konstruksi.

Baca Juga: 13 Perusahaan Besi dan Baja Selesaikan Program Dekarbonisasi

Teknologi ini banyak dipakai pada industri dengan emisi tinggi seperti semen, pupuk, baja, dan pulp serta kertas.

“Dalam beberapa bulan terakhir, mungkin sudah mulai dari empat bulan yang lalu, kami sudah melakukan piloting, pilot project, dimana kami men-introduce, menerapkan teknologi yang kita semua tahu, teknologi yang disebut dengan CCU, Carbon Capture Utilization,” jelas Agus.

Kemenperin menggandeng perusahaan asal Taiwan dan PT Petrokimia Gresik untuk memasang CCU pada cerobong pabrik produksi. Meski masih tahap uji coba, teknologi ini diklaim mampu menurunkan emisi karbon hingga 65%.

“Ini mulai stabil. Dan yang menarik, teknologi CCU dari Taiwan itu harganya relatif murah,” tandas Agus. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×