kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ESDM: Serapan tenaga kerja sektor ketenagalistrikan dan EBT harus lebih maksimal


Kamis, 11 Juni 2020 / 10:16 WIB
ESDM: Serapan tenaga kerja sektor ketenagalistrikan dan EBT harus lebih maksimal
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Uap (PLTMGU) Lombok


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis potensi lapangan kerja di sektor ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) akan terbuka lebar di masa mendatang.

Pasalnya, tenaga kerja terampil di bidang ini sangat dibutuhkan dalam percepatan menuju target 23% bauran energi baru terbarukan (EBT) di tahun 2025 nanti.

Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Mineral (PPSDM) Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan, potensi lapangan kerja di bidang ketenagalistrikan tak hanya berkutat pada sektor utama seperti pembangkitan, transmisi, dan distribusi, melainkan juga sektor pendukung seperti industri trafo, kabel, dan sebagainya.

Baca Juga: ESDM pastikan fokus kembangkan EBT meski diterpa pandemi dan pelemahan harga minyak

Pertumbuhan industri kabel menjadi salah satu contoh berkembang pesatnya serapan tenaga kerja. Data yang dimiliki oleh Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (APKABEL), industri tersebut mengalami pertumbuhan yang positif di tahun 2020.

"Industri kabel tumbuh 10-15% di tahun ini. Sebut aja di Tangerang dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar hampir ada 20 pabrik kabel yang butuh banyak tenaga kerja dan punya omset besar. Ini baru dari kabel," kata Laode dalam siaran pers di situs Kementerian ESDM seperti dikutip Kontan.co.id, Kamis (11/6).

Hal yang sama juga terjadi pada industri transformator (trafo). Keberadaan industri tersebut menjadi sokongan penting bagi pengembangan industri hilir ketenagalistrikan. Bahkan, industri trafo di Indonesia menjadi salah satu yang terkuat di Asia Tenggara.

"Bayangkan saja program 35.000 MW akan membutuhkan trafo sebesar 33.000 MVA per tahun. Ini industri yang sangat diperlukan," jelas Laode.




TERBARU

[X]
×