kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Estimasi harga DME dari hilirisasi batubara berpotensi di bawah LPG


Rabu, 10 Maret 2021 / 08:10 WIB
Estimasi harga DME dari hilirisasi batubara berpotensi di bawah LPG


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dorong hilirisasi batubara menjadi produk Dimethyl Ether (DME), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) sebut pengaturan harga untuk komoditas tersebut masih masih dalam pembahasan. Rencananya, pemerintah akan menetapkan harga khusus untuk pasokan batubara yang akan dihilirisasi menjadi DME.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM, Sujatmiko mengungkapkan pengaturan ketentuan harga khusus batubara untuk pasokan hilirisasi batubara dimaksudkan untuk memberikan dukungan pelaksanaan hilirisasi sehingga layak ekonomis dengan tetap menjamin keberlangsungan usaha pertambangan batubaranya.

Dia juga menekankan kalau hilirisasi batubara cukup beragam jenisnya sehingga dari aspek ekonomi juga akan beragam.

Baca Juga: Sudah jadi kajian pakar ITB selama 20 tahun, kini hilirisasi batubara wajib jalan!

"Oleh karena itu, pengaturan harga khusus batubara untuk pasokan hilirisasi perlu diatur secara spesifik bergantung kepada jenis hilirisasi batubara yang akan dilaksanakan," kata Jatmiko saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/3).

Di mana dia menambahkan, biaya pokok produksi DME terdiri atas tiga komponen biaya, diantaranya biaya pasokan batubara, biaya pemerosesan (gasifikasi) dan biaya transportasi. "Masing-masing komponen biaya tersebut sedang dalam pembahasan," jelasnya.

Adapun tujuan utama substitusi LPG dengan DME adalah untuk mengurangi impor LPG yang cukup besar saat ini, menghemat devisa negara dan meningkatkan kemandirian energi.

"Akan fear sekiranya subsidi yang ada sekarang bisa dialihkan ke hilirisasi batubara. Syukur kalau bisa kita dorong (penggunaan) subsidi yang lebih kecil dari yang ada sekarang," ujarnya pada acara seminar daring dengan tema "Mengukur Nilai Keekonomian Hilirisasi Batubar" di Jakarta.

Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Hasto Wibowo menyampaikan, penetapan harga DME nantinya perlu mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan berbagai pihak.

Untuk batas atas harga tidak boleh melampaui harga LPG saat ini, namun tidak juga terlalu rendah. "Batas bawah harga jangan terlalu rendah, jangan sampai capex investor di DME ini engga balik modal," ungkapnya dalam seminar daring Selasa (9/3).

Baca Juga: Sejumlah produsen batubara melirik bisnis PLTS

Hasto menambahkan, mengacu pada CPO Aramco harga LPG yang diimpor Pertamina bulan ini berada di level US$ 610 per metrik ton (MT). Sedangkan perhitungan Kementerian ESDM, kisaran harga DME yang bakal ditawarkan ke masyarakat berkisar US$ 389 hingga US$ 420 per MT.

"Jadi bisa dilihat, kita punya DME lebih murah. Pasang range lebar, harga US$ 330 per MT hingga US$ 430 per MT kami rasa akan doable," prediksi Hasto.

Sebagai offtaker, Hasto menambahkan kalau dalam menetapkan harga, Pertamina akan melihat potensi volatilitas harga LPG ke depan, juga dari histori harga yang ada. Dengan begitu, harga yang ditawarkan bisa mengerucut dan sepadan bagi kebutuhan semua pihak.

Selain itu, Dia juga mengingatkan pentingnya untuk mengatur pasokan dan permintaan DME di masa mendatang. Hasto memandang, selama impor LPG tetap dibuka 100%, kemudian harganya jatuh cukup dalam, maka eksekusi DME berpotensi tersendat.

Direktur Pengembangan Bisnis Bukit Asam Fuad IZ Fachroeddin mengungkapkan, untuk nilai investasi pada proyek hilirisasi batubara mencapai US$ 2,1 miliar.

"Untuk membangun pabrik mulai dari proses pengolahan batubara hingga menjadi DME kurang lebih US$ 2,1 miliar," jelasnya pada seminar daring Selasa (9/3).

Baca Juga: Harga batubara naik, Bumi Resources (BUMI) optimistis mampu bayar utang di tahun ini

Sekedar mengingatkan, proyek gasifikasi batubara (coal to DME) itu akan digarap PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pertamina (Persero) dan Air Product. Berdasarkan data Kementerian ESDM, input batubara untuk menjadi DME sebanyak 6 juta ton per tahun, di mana 4,3 juta ton adalah bahan baku dan 1,7 juta ton merupakan utilitas. Dengan begitu, produksi DME diperkirakan mencapai 1,4 juta ton per tahun.

Adapun total biaya proyek tersebut mencapai US$ 2,3 miliar, dengan posisi capex US$ 2,1 miliar. Sementara untuk biaya processing proyek tersebut berkisar US$ 413 juta hingga US$ 415 juta per tahun, dengan kisaran harga batubara di rentang US$ 19 per ton hingga US$ 21 per ton.

Potensi payback periode untuk proyek hilirisasi tersebut berkisar 7-8 tahun dengan net present value (NPV) berkisar US$ 181 juta hingga US$ 423 juta dan internal rate of return (IRR) di kisaran 9,3% hingga 10,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×