kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.282.000   -45.000   -1,93%
  • USD/IDR 16.624   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.093   -24,52   -0,30%
  • KOMPAS100 1.125   -4,40   -0,39%
  • LQ45 823   -1,92   -0,23%
  • ISSI 283   -0,49   -0,17%
  • IDX30 433   -0,40   -0,09%
  • IDXHIDIV20 498   -2,95   -0,59%
  • IDX80 126   0,00   0,00%
  • IDXV30 136   -0,02   -0,01%
  • IDXQ30 139   -0,09   -0,06%

GAPKI Optimistis Ekspor Sawit ke AS Tak Tergerus Kebijakan Bebas Bea Masuk Trump


Selasa, 28 Oktober 2025 / 18:16 WIB
GAPKI Optimistis Ekspor Sawit ke AS Tak Tergerus Kebijakan Bebas Bea Masuk Trump
ILUSTRASI. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku industri sawit nasional menilai kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membuka akses bebas bea masuk bagi produk komoditas asal Vietnam dan Malaysia belum akan menjadi ancaman serius bagi ekspor sawit Indonesia ke Negeri Paman Sam.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan, pasar AS masih memberikan prospek positif bagi pelaku usaha sawit dalam negeri. Meski sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara mendapatkan perlakuan preferensial, Indonesia masih menguasai hampir seluruh pasar sawit di AS.

“Market share kita di AS itu sangat tinggi, mencapai sekitar 89,9 persen atau hampir 90 persen. Jadi kami masih cukup optimistis, pasar Amerika masih bagus,” ujar Eddy kepada media, di kantornya, di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Baca Juga: Ekspor Minyak Sawit Diproyeksi Seret hingga Akhir 2025, Apa Sebabnya?

Eddy menjelaskan, dalam peta ekspor global, AS masih menjadi salah satu pasar utama bagi sawit Indonesia setelah Tiongkok, India, dan Pakistan. Meski sempat mengalami penurunan ekspor pada 2024, pelaku usaha menilai kinerja ekspor tahun ini berpotensi stabil, bahkan berpeluang pulih seperti pada 2023.

“Kalau kita lihat tren ekspor memang sempat turun, tapi paling tidak bisa sama dengan tahun lalu. Artinya, posisi kita di pasar AS masih kuat karena kita tidak menghadapi isu tenaga kerja atau child labor seperti di beberapa negara lain,” ujarnya.

Baca Juga: Gapki Yakin Ekspor Sawit ke AS Tetap Kuat meski Indonesia Kena Tarif 19%

Lebih lanjut, Eddy menilai, dari sisi keunggulan kompetitif, Indonesia masih memiliki posisi lebih kuat dibanding Malaysia maupun Vietnam. Kapasitas produksi sawit nasional jauh lebih besar dibanding kedua negara tersebut.

“Kalau dibandingkan Vietnam, mereka produksinya sangat kecil. Sedangkan total produksi sawit kita tahun lalu mencapai sekitar 52 juta ton, sementara Malaysia sekitar 18–19 juta ton. Jadi secara struktur dan daya saing, kita masih jauh di atas,” pungkas Eddy.

Baca Juga: GAPKI: Ekspor Minyak Sawit Makin Tertekan Imbas Kebijakan Tarif Trump

Selanjutnya: Rupiah Menguat pada Selasa (28/10), Simak Proyeksinya Besok

Menarik Dibaca: Ada 23 Juta Orang Naik LRT Jabodebek Sejak Januari Hingga Oktober 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×