Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Garuda Food siap menyerap garam hasil produksi para petani. Komitmen itu akan dituangkan dalam mutual of understanding (MoU) dengan petambak rakyat pada 24 November 2012.
Kesepahaman bersama ini adalah tindak lanjut Kongres Garam Rakyat di Madura pada awal Juli 2012. Pengagasnya adalah Lembaga Perekonomian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau LPNU. Dari kongres tersebut berdirilah Asosiasi Petambak Garam Nusantara (Aspegnu).
Indonesia menargetkan swasembada garam pada 2014. Salah satu caranya adalah menghubungkan petani garam dengan pihak konsumen. "Kerjasama dengan Garuda Food ini diharapkan mampu membawa perusahaan lainnya seperti Wings dan Indofood untuk menyerap garam petani," ujar Wakil Sekretaris LPNU, Ahmad Salechan di Jakarta, Senin (22/11).
Garuda Food dan petani garam belum memutuskan besar volume garam yang akan diserap. Yang pasti, para petani lokal mampu memasok 500 ton garam per bulan. Pasokan garam itu berasal dari petani di wilayah Pati, Rembang, Jepara dan Demak. "Untuk harga belum disepakati, tetapi diharapkan sesuai harga pasar meski masih di bawah harga patokan pemerintah," kata Salechan. Pemerintah menetapkan harga garam Rp 550 per kilogram untuk kualitas I dan Rp 750 per kg untuk kualitas II.
Dian Astriana, Corporate Communication & Relation Head Garuda Food mengatakan, perusahaan ini memerlukan garam untuk pembuatan kacang
garing. Menurut dia, penyerapan garam oleh Garuda Food tergantung dari hasil panen kacang.
Sebab, tidak setiap hari Garuda Food memproduksi kacang garing. Maka itu, Garuda akan membeli garam sesuai kebutuhan. "Kacang garing itu bahan bakunya kacang tanah dan garam," tutur Dian.
Secara nasional, Garuda Food membutuhkan garam sebanyak 400.000 ton per tahun untuk kacang kulit. "Rata-rata sekitar 20 ton hingga 23 ton per hari," ujar Dian.
Ketua Komite Garam Aspegnu, Rokhmin Dahuri, mengatakan Indonesia sudah tidak membutuhkan garam imporĀ karena pelaku dalam negeri sudah mampu memproduksi sendiri. Jadi, Aspegnu meminta industri dalam negeri menyerap garam petani lokal ketimbang mengimpor garam.
"Dengan produktivitas garam 60 ton per tahun per hektare dan luas wilayah 11.000 ha sampai 12.000 ha, maka tidak perlu impor," kata Rokhmin. Aspegnu berencana mendekati pencapaian Australia dan India yang memiliki produktivitas panen garam 200 ton per tahun per ha.
Kementerian Kelautan dan Perikanan optimistis swasembada garam tercapai pada tahun ini. Produksi nasional garam konsumsi diperkirakan mencapai 1,7 juta ton, sedangkan kebutuhannya sebanyak 1,4 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News