Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APsyFI) Redma Gita Wirawasta mengaku, fenomena PHK karyawan di industri TPT masih terjadi sampai saat ini. "Tiap minggu ada saja karyawan yang di-PHK," katanya, Selasa (21/11).
Dalam catatan APSyFI, jumlah karyawan yang terdampak efisiensi di industri TPT diperkirakan sekitar 70.000 orang pada 2023. Efisiensi ini meliputi PHK, dirumahkan, dan putus kontrak.
Sementara pada 2022, terdapat sekitar 80.000 pekerja industri TPT yang terimbas efisiensi. Angka yang disampaikan APSyFI pun belum termasuk karyawan industri TPT level Industri Kecil Menengah (IKM) yang juga mengalami PHK.
Baca Juga: Gelombang PHK Masih Membayangi Industri Tekstil Dalam Negeri
Sejalan dengan berkurangnya jumlah karyawan dan penurunan kinerja penjualan, utilitas rata-rata pabrik TPT juga merosot hingga menjadi di bawah 50%.r
Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda kapan industri TPT nasional akan pulih sehingga gelombang PHK karyawan bisa berakhir. Momentum seperti libur akhir tahun maupun Pemilu belum akan memicu perbaikan kinerja industri TPT.
APSyFI turut menyebut, upaya pemerintah untuk membendung impor produk TPT belum membuahkan hasil. "Belum ada pertanda signifikan bahwa pemerintah perhatian terhadap sektor ini (TPT)," tandas Redma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News