Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) memproyeksi produksi crude palm oil (CPO) di tahun 2021 akan tumbuh sekitar 3% menjadi 48,4 juta ton dari tahun ini yang sekitar 47 juta ton.
Direktur Eksekutif (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, ada 2 alasan utama mengapa produksi CPO akan tumbuh di tahun mendatang. Menurutnya, hal ini diakibatkan oleh harga CPO yang meningkat dan iklim yang dianggap kondusif bagi pertumbuhan sawit.
"Kalau dilihat harga [CPO] mulai Juni itu bagus, kalau harga mulai bagus, maka petani juga mulai rajin memupuk. Nah kalau mereka rajin memupuk itu cenderung produksinya di 2021 akan meningkat. Juga iklim di 2021 relatif kondusif untuk pertumbuhan sawit," ujar Sahat dalam konferensi pers, Rabu (9/12).
Sementara itu, produksi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) akan meningkat sekitar 4% dari 4,6 juta ton di 2020 menjadi 4,8 juta ton di 2021. Adapun, Sahat menyebut pada tahun 2021, akan ada kenaikan konsumsi minyak sawit dalam negeri sekitar 14% menjadi 19,75 juta ton.
Baca Juga: GIMNI sambut positif tarif pungutan ekspor CPO terbaru karena dukung industri hilir
Menurutnya, kenaikan ini baik untuk produk food, industri, hingga oleokimia dan biodiesel. Bila dirinci, diproyeksi tahun 2021 konsumsi domestik minyak sawit untuk food sekitar 8,8 juta ton, untuk non food seperti oleokimia sekitar 1,67 juta ton dan untuk biodiesel sekitar 9,2 juta ton. Menurutnya, peningkatan konsumsi biodiesel ini dengan catatan program B30 berjalan.
Sementara, ekspor minyak sawit di 2021 pun akan meningkat 11% menjadi 36,7 juta ton. Menurutnya ini disebabkan adanya peningkatan ekspor produk hilir sawit sekitar 16,6% menjadi 29,29 juta ton sementara ekspor crude palm oil (CPO) justru akan mengalami penurunan sekitar 8% menjadi 7,4 juta ton.
"Jadi [ada] shifting dari crude ke processed oil, oleh karena itu over all ekspor kita akan meningkat dari 33,3 juta ton bisa mencapai 36,7 juta ton," kata Sahat.
Selanjutnya: Peningkatan produksi CPO di tahun depan diramal tak akan signifikan, kenapa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News