kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

GMF AeroAsia (GMFI) dorong peningkatan pendapatan dari maskapai asing


Kamis, 24 Oktober 2019 / 20:52 WIB
GMF AeroAsia (GMFI) dorong peningkatan pendapatan dari maskapai asing
ILUSTRASI. Aktivitas PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk


Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) menilai potensi pertumbuhan bisnis maintenance, repair, and overhaul (MRO) untuk pesawat masih besar. Hanya saja, sementara ini potensi pertumbuhan dari pasar domestik atau maskapai dalam negeri, agaknya masih melambat.

Direktur Utama GMFI Tazar Marta Kurniawan mengatakan perubahan pola bisnis industri aviasi di Indonesia akhir-akhir tidak terlalu berdampak baik bagi bisnis MRO GMFI. Sebab, kini maskapai di Indonesia lebih berfokus pada tingkat keterisian kursi dibanding beberapa tahun lalu yang berfokus pada utilisasi pesawat.

Akibatnya jam terbang rata-rata pesawat mengalami penurunan karena maskapai justru mengurangi frekuensi penerbangan di rute-rute tertentu yang sepi penumpang. "Apalagi MRO itu dihitung berdasar jam terbang," kata Tazar saat dikunjungi Kontan.co.id di kantornya pada Kamis (24/10).

Baca Juga: Dirut Garuda: Pesawat Sriwijaya Air aman untuk ditumpangi

Karenanya, memperoleh pasar dari maskapai asing menjadi penting bagi pertumbuhan pendapatan GMFI demi meminimalisir risiko yang berasal dari maskapai dalam negeri.

Tazar mengklaim, saat ini pendapatan GMFI dari maskapai asing sudah mencapai 21% dari total pendapatan. Targetnya, ke depan bakal ditingkatkan lebih dari 21% yang menurut Tazar masih kecil.

Mengintip laporan keuangan di semester I 2019, GMFI mencatat total pendapatan US$ 246,27 juta atau tumbuh dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 223,31 juta.

Baca Juga: GMF AeroAsia (GMFI) Gelar Negosiasi dengan Anak Usaha Grup Lion Air

Saat ini, kata Tazar, pihaknya sudah melayani empat maskapai yang berasal dari Korea Selatan. Kemudian dari Vietnam terdapat dua maskapai. Adapula maskapai Indigo, maskapai asal India yang telah berkontrak untuk 34 unit pesawatnya untuk perawatan dan perbaikan di GMFI.

Pada bulan September 2019 kemarin, Oman juga menambah kontrak jumlah pesawat yang dilayani di GMFI dari sebelumnya 12 unit Boeing 737 NG menjadi 22 unit, ditambah 10 unit pesawat berbadan lebar, Airbus 330.

Upaya memperoleh pasar dari maskapai asing juga dilakukan dengan melebarkan ekspansi GMFI di luar negeri. Baru-baru ini, GMFI membuka layanan line maintenance, atau perawatan minor pesawat di bandara tanpa harus ke hanggar di Bangladesh.

Bagi Tazar, bukan tidak mungkin jika ke depan pihaknya membangun hanggar di Bangladesh untuk memberikan pelayanan MRO yang lebih lengkap. Namun sebelum melangkah ke sana, perlu ada kehati-hatian untuk menangkap potensi di sana.

Baca Juga: Kerja sama BAT dan GMF dalam pengembangan MRO bakal menghemat devisa

Ke depan, GMFI juga telah melakukan penjajakan ke Jepang khusus untuk perbaikan pesawat jenis Airbus. Salah satu negara di Afrika dan Timur Tengah juga menjadi target GMFI. "Sangat mungkin besar kita ke sana (Afrika)," jelas Tazar.

Di Afrika dan Timur Tengah, GMFI tidak hanya memberikan layanan line maintenance tetapi bakal memberikan layanan perawatan airframe atau rangka pesawat. Artinya di sana GMFI akan membangun hanggar untuk layanan tersebut seperti yang dilakukannya di Indonesia.

Untuk Afrika, saat ini pihaknya masih menunggu situasi politik yang mereda karena baru saja melalui musim politik. "Kita harapkan bulan depan November atau Desember 2019 bisa mengerucut ke kesepakatan," tambah Tazar.

Baca Juga: Lion Air dan Garuda Indonesia bangun 8 hanggar perawatan pesawat di Batam

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×