kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.640   3,00   0,02%
  • IDX 8.044   -17,24   -0,21%
  • KOMPAS100 1.114   -2,28   -0,20%
  • LQ45 784   -9,49   -1,20%
  • ISSI 282   1,25   0,44%
  • IDX30 411   -4,49   -1,08%
  • IDXHIDIV20 468   -6,38   -1,35%
  • IDX80 122   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 133   0,84   0,63%
  • IDXQ30 130   -1,49   -1,14%

Gotong-Royong Kilang Pertamina Internasional dan Warga Kaliandra Menaklukkan Longsor


Kamis, 14 Agustus 2025 / 10:17 WIB
Gotong-Royong Kilang Pertamina Internasional dan Warga Kaliandra Menaklukkan Longsor
ILUSTRASI. Vertical Garden di Kampung Ilir Baru yang merupakan program CSR PT Kilang Pertamina Internasional, Selasa (12/8)/2025. Urban farming ini merupakan salah satu dari beberapa program di Kampung Baru Ilir untuk mengatasi bencana longsor dan meningkatkan pendapatan warga sekitar lokasi PT Kilang Pertamina Internasional.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - BALIKPAPAN. Tanah longsor merupakan bencana paling banyak kedua di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kondisi tanah lempung dan berpasir di dalamnya menyebabkan tanah tak lekas menyerap air ketika hujan. Bahkan tanah pasir bagian dalam justru keropos terbawa arus ketika hujan deras.

Alhasil, ketika hujan deras, warga bisa tak tidur karena khawatir ada longsor di kawasan permukiman padat penduduk di Kampung Baru Ilir, Gunung Polisi, Balikpapan.

"Di tahun 2025, sudah ada 331 kasus longsor di Balikpapan, terbanyak setelah kebakaran," kata Denny Saputra Ramadhan, Officer II CSR & SMEPP PT Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan, Selasa (12/8).

Kondisi ini menyebabkan PT KPI lewat program corporate social responsibility (CSR) alias tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) membangun program berkelanjutan untuk menahan derasnya air hujan yang menyebabkan longsor.

Baca Juga: Direktur Diperiksa Kejagung di Kasus Korupsi Pertamina, Ini Penjelasan Grup Adaro

Penampungan air hujan di masing-masing rumah menjadi salah satu program awal TJSL PT KPI di sekitar tahun 2022. Kala itu, PT KPI menyosialisasikan kepada warga mengenai penggunaan talang air di atap.

Air hujan hasil tampungan ini kemudian ditampung di drum besar untuk berbagai kebutuhan rumah tangga.

Selain mengurangi volume air hujan yang langsung jatuh ke tanah, PT KPI juga menjalankan pilot project di RT 51 Kampung Baru Ilir lewat urban farming. Urban farming dipilih agar tanaman yang ditanam di lokasi RT 51 ini bisa memberikan hasil bagi warga.

Lokasi yang curam dan sempit karena padat penduduk menyebabkan penanaman secara vertikal dipilih untuk proyek urban farming.

"Kami menanam markisa sejak tahun 2022 dan ini sudah berkali-kali panen," kata Muhammad Yusuf, Ketua RT 51 Kampung Ilir Baru sekaligus pengurus Kampung Tanggap Bencana (Katana).

Tak cuma menghasilkan buah, RT yang menjadi pilot project ini juga mengolah markisa menjadi minuman siap saji dalam kemasan yang dijual dengan harga Rp 10.000 per botol ukuran 250 mililiter.

Tetapi, produksi hilir markisa ini hanya dilakukan jika ada bahan baku yang tersedia.

Baca Juga: Transaksi Business Matching UMKM Tembus USD 90,04 Juta hingga Juli 2025

Selain markisa, RT 51 juga telah mendiversifikasi produk dengan menanam sayur mayur seperti cabai, kangkung, dan pak choi. Meski tidak secara langsung menahan longsor, urban farming ini menjadi salah satu pintu masuk TJSL PT KPI bersama warga yang lokasinya bersebelahan dengan lahan Pertamina tersebut.

Pada Maret 2025, PT KPI juga ekspansi program baru di kampung yang terletak di Gunung Polisi ini. Program tersebut adalah Drum Eco Shield. 

Lewat program ini, PT KPI dan warga memanfaatkan drum bekas sebagai struktur penahan lereng. Desainnya dirancang untuk memperkuat kestabilan tanah, mencegah longsor, dan mendukung penghijauan di area rawan bencana.

Drum-drum yang dilubangi ini diisi tanah dan disusun rapat di lahan miring.

"Ini pas hujan langsung menyerap air," imbuh Yusuf.

Meski sudah berjalan di RT 51, program ini masih belum ditebar ke RT lain yang rawan bencana. Pasalnya, PT KPI tengah menunggu kajian efektivitas program Drum Eco Shield ini, termasuk apakah akan berpengaruh lebih besar jika drum berisi tanah ini berisi tanaman.

Meski masih menunggu kajian, lahirnya proyek Drum Eco ini tak asal muncul. PT KPI telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan memang mendapatkan rekomendasi untuk proyek ini. Bahkan, program ini dijamin 80% efektif.

Baca Juga: Ada Longsor di Tambang Cirebon, Kementerian ESDM Buka Opsi Izin Dikembalikan ke Pusat

Tak berhenti di situ, program PT KPI di Kampung Ilir Baru dengan nama Kampung Ilir Baru Mandiri, Indah, dan Sejahtera (Kaliandra) ini berlanjut dengan pengembangan inovasi penampungan air hujan siap konsumsi. Tim CSR PT KPI tengah menguji coba pemrosesan air hujan menjadi air layak minum dengan alat elektrolisis.

"Air hujan di sini sedikit asam, untuk bisa kita konsumsi perlu alat elektrolisis. Kita uji bagaimana hasil labnya apakah layak konsumsi atau tidak," kata Moyo Anggoro, Community Development Officer PT KPI Refinery Unit V Balikpapan.

Pemrosesan elektrolisis air ini perlu waktu 12 jam. Jika hasil lab menunjukkan kelayakan konsumsi, program ini ditargetkan segera bisa direalisasikan ke warga.

"Jadi ini masuk ke hilirnya, dari awalnya tampung biasa, kemudian vertical garden, lalu drum, lalu apa lagi yang bisa kita hasilkan dari air hujan ini," pungkas Moyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×