kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gula rafinasi impor merembes, GMM pangkas target


Selasa, 15 September 2015 / 18:15 WIB
Gula rafinasi impor merembes, GMM pangkas target


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Maraknya impor gula rafinasi memukul industri gula dalam negeri. PT Gendhis Multi Manis (GMM), pemilik pabrik gula (PG) di Blora Jawa Tengah bahkan memangkas target produksi tahun ini hingga separuhnya.

Direktur Utama GMM Kamadjaja memproyeksikan produksi gula tahun ini paling banter hanya 20.000 ton. Padahal, semula GMM optimistis bisa memproduksi 40.000 ton.

"Target produksi menurun karena banyak petani yang enggan menanam tebu akibat banyaknya gula rafinasi impor yang merembes ke pasar gula konsumsi," terang Kamadjaja kepada KONTAN, Selasa (15/9).

Apalagi saat ini terjadi kekeringan yang membuat hasil panen tebu makin minim. Hal itu membuat GMM kekurangan bahan baku.

Prediksi Kamadjaja, panen tebu di seluruh Indonesia tahun ini lebih rendah 20% dari target pemerintah sebanyak 2,5 juta ton, atau hanya 2 juta ton. PG Blora sendiri membutuhkan 250.000 ton tebu untuk memproduksi 20.000 ton gula dengan rendemen 8%.

Asal tahu saja, PG Blora baru mulai beroperasi penuh tahun ini. Pada saat trial tahun lalu, pabrik baru memproduksi 3.000 ton gula.  Pabrik memiliki kapasitas 6.000 ton cane per day (TCD) yang bisa ditingkatkan menjadi 10.000 TCD.

Karena impor gula rafinasi, GMM juga menunda ekspansi perluasan lahan tebunya. Saat ini perusahaan menguasai 50 hektare (ha) lahan inti dan 4.000 ha lahan plasma yang tersebar di Blora dan kabupaten tetangganya seperti Rembang, Pati, Kudus, dan Grobogan.

Kamadjaja pun mendesak pemerintah untuk memperbaiki tata niaga gula. Pasalnya, dia menilai kuota impor gula rafinasi berlebih sehingga merembes ke pasar gula konsumsi. "Kebijakan pemerintah saat ini lebih berpihak pada impor daripada industri gula dalam negeri," ujar pria yang sempat diisukan akan diangkat menjadi Menteri Pertanian itu.

Kebijakan pemerintah yang kurang pro terhadap industri gula tanah air, lanjut Kamadjaja, antara lain tidak ada insentif untuk lahan tebu, pabrik gula tidak boleh mengimpor raw sugar sebagai bahan baku, serta impor gula rafinasi bebas bea masuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×