kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga batubara acuan (HBA) Desember 2019 tercatat sebesar US$ 66,3 per ton


Jumat, 06 Desember 2019 / 19:11 WIB
Harga batubara acuan (HBA) Desember 2019 tercatat sebesar US$ 66,3 per ton
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat batubara di Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) Desember 2019 tercatat sebesar US$ 66,3 per ton. Nilai itu naik tipis sebesar 0,045% dibandingkan HBA November yang berada di angka US$ 66,27 per ton.

Meski HBA tahun ini ditutup dengan kenaikan tipis, namun secara rerata tahunan, HBA tahun 2019 menjadi yang terendah selama dua tahun terakhir.

Baca Juga: Kemenkeu ikat aset perusahaan batubara hingga Rp 37,612 triliun

Rerata HBA dari Januari-Desember 2019 hanya mencapai US$ 77,89 per ton, lebih mini dibanding rerata HBA tahun 2017 yang sebesar US$ 85,92 per ton, dan HBA tahun 2018 yang mencapai US$ 98,96 per ton.

Sejak September 2018, tren harga batubara memang tertekan. Bahkan HBA Oktober menjadi yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Sejak September 2018, HBA nyaris selalu menurun dan hanya tiga kali mencatatkan kenaikan yang tipis secara bulanan, yakni pada bulan Agustus, November, dan Desember.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan, penyebab melemahnya tren harga batubara tidak lah tunggal.

Baca Juga: Ini daftar lengkap para jawara Golden Property Awards 2019

Selain karena faktor eksternal seperti pelambatan ekonomi global yang mempengaruhi permintaan, Hendra mengatakan bahwa kondisi pasar yang masih kelebihan pasokan alias oversupply juga menjadi faktor yang dominan.

Hendra menyebut, kondisi tersebut terjadi lantaran adanya pelonggaran produksi dari pemerintah yang menyebabkan realisasi produksi kembali melampaui target. Hendra mengatakan, produksi dari pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di daerah sulit dikontrol, sehingga menyebabkan realisasi produksi secara nasional melonjak.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×