kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Karet impor masih menghantui di 2015


Rabu, 17 Desember 2014 / 08:15 WIB
Karet impor masih menghantui di 2015
ILUSTRASI. Karyawan menunjukkan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta Pusat.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Pelaku industri  serat sintetis atau synthetic fiber masih merasa terancam dengan produk impor dari China. Mereka memprediksi, produk yang disinyalir dumping itu bakal bertambah banyak tahun depan. 

Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (Apsyfi) memprediksi permintaan karet sintetis tahun depan akan makin melar seiring permintaan nasional yang makin banyak. Prediksi kebutuhan karet sintetis Indonesia tahun 2015 sekitar 750.000 ton, naik 7,14% dari permintaan nasional tahun ini 700.000 ton.

Adapun karet sintetis impor diperkirakan menjadi 200.000 ton tahun depan. Prediksi itu lebih besar 40.000 ton dibandingkan dengan impor tahun ini sebanyak 160.000 ton.

Musabab karet sintetis impor merajalela karena harga jual lebih murah 10%. Saat ini harga jual karet sintetis nasional US$ 1 per kilogram (kg) sedangkan karet sintetis impor cuma US$ 0,9 per kg.

Komite Anti Dumping Indonesia sudah mengeluarkan temuan bukti dumping itu dan tengah menunggu keputusan Kementerian Keuangan untuk memberikan bea masuk anti dumping. "Idealnya bea masuk sekitar 10%-15%," kata Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jenderal Apsyfi kepada KONTAN Senin (15/12).

Potret tahun ini, karet sintetis China merebut 160.000 ton pasar dalam negeri, yang berjumlah 700.000 ton. Sisanya, 540.000 ton dipenuhi dari produk dalam negeri.

Padahal total produksi karet tanah air sejatinya mampu mencukupi semua kebutuhan itu. Tahun ini, kapasitas produksi karet sintetis nasional 800.000 ton dan realisasi produksi 700.000 ton.

Dus, ada sisa produksi dalam negeri 160.000 ton yang tak terserap. Dari jumlah itu, pelaku industri hanya mampu mengekspor sebanyak 70.000 ton ke Eropa dan Turki. 

Lantas, sisanya hanya tertumpuk di pabrik. "Kami juga sulit mengekspor karena situasi pasar di luar negeri sama dibanjiri produk dumping dari pasokan berlebih China," beber Gita.

Pelaku industri menganggap gempuran karet sintetis China lebih berbahaya ketimbang tren penurunan harga jual karet sintetis itu sendiri. Perlu Anda ketahui, harga jual karet sintetis mengikuti tren harga minyak mentah dunia.

Sebagai gambaran, harga jual karet sintetis ikut turun seiring dengan melemahnya harga minyak mentah. Dengan asumsi harga minyak mentah sebesar US$ 50 per barel–US$ 65 per barel, harga karet sintetis cuma US$ 1 per kg. 

Sementara, saat ini harga karet alam per 100 kg masih mencapai US$ 167,15. Artinya per kilogram harganya mencapai US$ 1,6715.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×