kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah naik, begini dampaknya ke industri besi dan baja dalam negeri


Senin, 04 Oktober 2021 / 17:01 WIB
Harga minyak mentah naik, begini dampaknya ke industri besi dan baja dalam negeri
ILUSTRASI. Harga minyak naik, berpotensi memberi dampak ke industri besi dan baja dalam negeri.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas di pasar internasional, seperti minyak mentah dan batubara sedang panas. Kenaikan harga komoditas , dapat berdampak pada harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri. Tentunya, hal ini juga akan menimbulkan efek domino bagi industri pengguna BBM. 

"Menurut saya, naik dan turunnya harga bahan bakar minyak  sudah menjadi konsekuensi bagi semua pelaku usaha," ujar Ketua umum Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA), Silmy Karim kepada Kontan.co.id, Senin (10/4). 

Namun, saat ditanya lebih lanjut mengenai dampak kenaikannya, Silmy belum bisa memaparkan lebih lanjut. 

Baca Juga: Harga komoditas energi merangkak naik, bagaimana dampak ke tarif BBM dan listrik?

Di lain pihak, menurut narasumber KONTAN lainnya yang juga aktif di industri besi baja yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan, kenaikan harga energi tentu akan berdampak langsung kepada biaya produksi industri baja nasional mengingat industri baja merupakan industri yang menggunakan energi secara intensif.

"Hal ini tentu akan meningkatkan biaya produksi dan membebani industri baja," ujar sumber tersebut saat dihubungi terpisah. 

Menurutnya, untuk mengantisipasi dampak penyesuaian BBM dan listrik, upaya yang dilakukan produsen baja adalah melakukan peningkatan efisiensi melalui pengurangan konsumsi energi melalui adopsi berbagai teknologi konervasi energi. Namun demikian ini tidak serta merta bisa dilakukan dalam jangka pendek, memerlukan investasi dan waktu untuk implementasi.

Dia mengatakan, permasalahan krusial industri baja sesungguhnya masih terletak pada masing tingginya impor baja. Akibatnya  impor ini menggerus pangsa pasar produsen dalam negeri. 

Secara khusus, adanya impor melalui unfair trade practices sangat merugikan industri baja nasional karena produsen baja kehilangan pangsa pasar juga merusak harga pasar domestik. Pemerintah perlu menerapkan kebijakan trade remedies yang lebih cepat dan efektif.

Selanjutnya: Harga minyak lagi panas, industri keramik berharap tarif listrik tidak naik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×