kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.911.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.250   0,00   0,00%
  • IDX 6.902   20,38   0,30%
  • KOMPAS100 1.007   4,50   0,45%
  • LQ45 770   3,67   0,48%
  • ISSI 227   0,67   0,29%
  • IDX30 397   2,07   0,52%
  • IDXHIDIV20 460   2,42   0,53%
  • IDX80 113   0,54   0,48%
  • IDXV30 114   0,91   0,81%
  • IDXQ30 129   0,48   0,37%

Harga minyak turun, kontraktor evaluasi blok migas


Senin, 01 Februari 2016 / 19:46 WIB
Harga minyak turun, kontraktor evaluasi blok migas


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Harga minyak yang terus anjlok membuat para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terus melakukan efisiensi biaya dan evaluasi proyek blok migas.

Direktur Pembinaan Hulu Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan penurunan harga minyak dunia membuat perusahaan migas tidak mengajukan kontrak perpanjangan.

Seperti Chevron Indonesia Company (CICO) yang mengelola Production Sharing Contract (PSC) East Kalimantan (EKAL) tidak akan mengajukan perpanjangan PSC EKAL dan akan mengembalikan aset tersebut kepada Pemerintah Indonesia pada 24 Oktober 2018.

Begitu pun KKKS lain yang tengah mempertimbangkan untuk mencari mitra kerja agar bisa melakukan share down atau pengalihan hak partisipasi sebagian.

"Ada beberapa KKKS yang melakukan pengalihan interest sebagian. KKKS yang mau dijual sebagian seperti ConocoPhillips dan Santos yan berada di Natuna," kata Djoko, Senin (1/2) di Gedung DPR/MPR RI Jakarta.

Hal serupa juga akan dilakukan oleh operator migas pelat merah. Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), Syamsu Alam mengatakan, beberapa blok migas yang dikelola saat ini berada di wilayah yang sulit dijangkau, sehingga biaya dikeluarkan menjadi lebih tinggi. Dengan kondisi seperti itu, keekonomian yang didapat perseroan menjadi sangat tipis, bahkan bisa menjadi minus.

Sementara jika blok migas tersebut tidak dikelola, maka produksi blok tersebut pun akan hilang. Syamsu mencontohkan seperti Blok West Madura Offshore (WMO) di mana saat harga minyak US$ 30 per barel, Pertamina sempat mengevaluasi untuk menutup blok migas tersebut.

"Saat harga di bawah US$ 30 per barel, kami sempat khawatir. Kalau kami shutdown kan 10.000 barel per hari (bph) hilang, kalau 10.000 bph hilang harus diganti dengan impor. Apa kita shut down lalu kami impor, ini yang masih kami bicarakan secara komprehensif," kata Syamsu.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto menambahkan, penurunan harga minyak membuat Pertamina melakukan berbagai upaya efisiensi.

"Di aspek upstream kami bisa menurunkan cost. Jadi langkahnya pertama adalah cutting cost 30%. Kami sedang mencari potensinya. Sampai dengan akhir Jumat ini kami berhasil menemui indikasi sebesar 23%," jelas Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×