Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hero Supermarket Tbk (HERO) optimis kinerjanya akan membaik pada tahun ini. Salah satu faktornya adalah pada tahun ini banyak event yang akan dihelat mulai Asian Games, pertemuan IMF/World Bank, hingga Pilkada.
Tony Mampuk, GM Corporate Affairs PT Hero Supermarket Tbk mengatakan, selain faktor tersebut juga masih ada katalis dari rangkaian gelaran pemilihan presiden tahun 2019. Sebab, kendati Pilpres masih baru akan dilangsungkan tahun depan namun spending-nya akan dimulai tahun ini.
"Nanti di Agustus ada pendaftaran capres, nah, setelah itu ketahuan capresnya siapa saja. Bisa dibilang kampanye (presiden) mulai berjalan di tahun ini walaupun pesta demokrasinya baru tahun depan," ujar Tony kepada Kontan.co.id, Jumat (11/5).
Tony berharap perusahaan secara kinerja bisa lebih baik ketimbang tahun lalu. Salah satunya adalah mengembangkan sektor food dan non food agar kontribusinya terus meningkat.
"Harapannya sebenarnya tahun ini secara bisnis karena ada tahun politik akan lebih baik. Anglenya dari perputaran duit, otomatis perputaran duit (di tahun politik) tinggi ditambah event seperti Asian Games, Piala Dunia," lanjut Tony.
Hanya saja dirinya belum mau membeberkan berapa target pertumbuhan yang dibidik. Pasalnya, hasil di kuartal I kendati berhasil memangkas rugi, kinerja perusahaan masih tertekan.
Pada kuartal I-2018 pendapatan perusahaan tercatat Rp 3,04 triliun, turun 2,25% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 3,11 triliun. Sedangkan rugi perusahaan pda kuartal I-2018 sebesar Rp 4,1 miliar turun dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 6,19 miliar.
"Melihat kinerja kuartal I-2018 kami sadar juga hasilnya secara profit masih belum baik, masih negatif. Bottom line (memang) terkoreksi karena ada efisiensi dari sisi operasional, beban operasional menurun," kata Tony.
Yang jelas, tahun ini perusahaan memiliki ekspektasi lebih baik karena perputaran kas di masyarakat lebih tinggi. Apalagi secara data, penjualan non food mengalami pertumbuhan cukup baik yang menandakan daya beli masih cukup kuat di masyarakat.
"Sektor non food kami tumbuh 22% kami melihat memang ada slowing down di daily need tetapi kebutuhan sekunder dan tersier-sekunder meningkat. Ini membantah pernyataan daya beli menurun karena kalau turun sektor non food kami tidak akan meningkat, ini orang shifting saja," kata Tony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News