kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hilirisasi pertambangan banyak yang tertunda, berikut alasannya


Minggu, 28 Juni 2020 / 15:30 WIB
Hilirisasi pertambangan banyak yang tertunda, berikut alasannya
ILUSTRASI. Smelter nikel PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Konawe, Sulawesi Tenggara,


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Pratama Guitarra

KONTAN.CO.ID - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tampaknya mesti menata ulang cita-cita hilirisasi tambang lewat pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter). Pasalnya, banyak proyek smelter yang bakal mengalami penundaan dari jadwal operasional yang sudah ditentutakan.

Staff Khusus Menteri ESDM bidang percepatan tata kelola mineral dan batubara (minerba), Irwandy Arief mengungkapkan, pandemi Covid-19 memang sangat berdampak terhadap proyek smelter. Namun menurutnya, tidak tercapainya target pembangunan smelter bukan semata-mata karena Covid-19.

Sebelumnya, Kementerian ESDM menargetkan bakal ada 52 smelter pada tahun 2022. "Kemungkinan tidak tercapai bukan hanya karena Covid-19 tapi karena faktor lain seperti pendanaan," kata Irwandy saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (28/6).

Baca Juga: Kepastian posisi dirjen migas dan minerba Kementerian ESDM paling cepat Agustus

Dari sisi jadwal operasional, ada dua simulasi yang dipaparkan Irwandy. Pertama, jika pandemi covid-19 bisa diatasi pada pertengahan tahun 2020, maka pembangunan smelter, khususnya yang saat ini progresnya masih 40% ke bawah bakal tertunda sampai dengan akhir tahun 2022.

Kedua, jika pandemi Covid-19 berlangsung hingga akhir tahun 2020, maka pembangunan smelter, khususnya yang saat ini progresnya masih 40% ke bawah, bakal tertunda hingga tahun 2023.

Asal tahu saja, dalam rentang progres 40%-95%, pengerjaan proyek smelter masih berupa pengadaan alat pabrik, lalu konstruksi pabrik dan sebagian utilitas atau infrastruktur pendukung. Setelah itu, baru smelter masuk ke tahap comissioning dan siap beroperasi.

Dengan adanya Covid-19, proyek smelter bakal terganggu karena aktivitas pengerjaan dan arus barang pasti terhambat. "Pasti, secara teknis dan operasional itu menghambat," sebut Irwandy.

Baca Juga: Lima perusahaan dapat verifikasi dari Sucofindo untuk ekspor timah

Sayangnya, dia belum membeberkan dengan detail proyek smelter mana saja bakal tertunda dan sudah mengajukan atau mendapatkan izin dari Kementerian ESDM. Yang jelas, untuk proyek smelter yang kesulitan pendanaan, Irwandy menyebut bahwa program Kementerian ESDM untuk membantu membuka akses pendanaan tetap berjalan.

Irwandy memang tidak memaparkan secara rinci, tapi dia mengklaim bahwa dari program tersebut sudah ada proyek yang berhasil menjajaki pendanaan. "(Kementerian ESDM) sudah membantu dengan program market sounding. Masih berjalan dan sudah ada yang berhasil," sebutnya.

Sebagai konsekuensi dari adanya proyek yang tertunda, investasi di lini pembangunan smelter pun bakal bergeser. Dari sisi investasi pun, Irwandy membeberkan dua simulasi.

Pertama, jika pandemi Covid-19 selesai pada pertengahan tahun ini, maka investasi pada proyek smelter diperkirakan hanya akan terealisasi di angka US$ 1,9 miliar atau sekitar 50% dari target. Kedua, jika Covid-19 berlanjut hingga akhir tahun, maka rencana investasi smelter di tahun ini akan bergeser ke tahun 2021 mendatang.

Adapun, rencana investai smelter di tahun ini mencapai US$ 3,76 miliar. Jauh di atas realisasi investasi smelter tahun lalu yang hanya berada di angka US$ 1,41 miliar.

Baca Juga: Pemerintah Tidak Akan Merelaksasi Ekspor Bijih Nikel Kadar Rendah

Saat ini, sudah ada 17 smelter yang beroperasi. terdiri dari 11 smelter nikel, 2 smelter bauksit, 1 smelter besi, 2 smelter tembaga, dan 1 smelter mangan. Rencananya, akan ada 52 smelter hingga tahun 2022 mendatang.

Namun, menurut Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Yunus Saefulhak, target tersebut direvisi. Sebab, ada 4 smelter yang tidak mengalami kejelasan terkait kelanjutan proyeknya.

4 smelter itu terdiri dari 3 smelter nikel dan 1 smelter pasir besi. "(4 smelter tersebut) tidak hanya kewajiban progresnya yang tidak terpenuhi, tapi juga kewajiban lainnya seperti laporan RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya)," ungkap Yunus kepada Kontan.co.id, Minggu (28/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×