Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki Maret ini, negosiasi soal masa transisi Blok Rokan dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PT Pertamina (Persero) tak kunjung menemui titik cerah. Pertamina pun mulai mengambil ancang-ancang dengan menyiapkan skema cadangan jika tak bisa masuk lebih awal di Blok Rokan.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu bilang pihaknya sudah sempat menawarkan skema Join Drilling Agreement (JDA) pada Chevron namun belum ada kesepakatan yang dicapai. Untuk itu, Pertamina berencana menyiapkan skema lain demi menjaga produksi pada Blok Rokan.
Baca Juga: Virus corona merebak, SKK Migas-KKKS siap tingkatkan kewaspadaan
"Opsi sekarang kita lebih memastikan kita punya kesiapan untuk melakukan pengeboran di Agustus 2021. Itu opsi paling dasar," terang Dharmawan di Jakarta, Selasa (10/3).
Dharmawan menerangkan, opsi tersebut meliputi persiapan alat dan perlengkapan serta mematangkan rencana pengeboran jika nantinya Pertamina memang baru bisa masuk pada bulan Agustus tahun depan atau dengan berakhirnya kontrak Chevron pada Blok Rokan.
Dharmawan tak menampik kondisi tersebut membuat peluang penurunan produksi yang terjadi pada Blok Mahakam juga akan dialami pada Blok Rokan.
Pertamina memprediksi pengadaan alat akan memakan waktu setahun sehingga waktu yang ada dinilai cukup. Dharmawan menambahkan, Pertamina juga terus melakukan kajian untuk jumlah pengeboran sumur pada Blok Rokan demi mengejar angka produksi rata-rata 140 ribu barel per hari (bph).
Baca Juga: Pemerintah targetkan tahun 2030 lifting minyak bumi kembali 1 juta barel per hari
"Itu jumlah sumurnya masih kita evaluasi ya karena yang menjadi dasar bukan berapa banyak jumlah sumur yang bisa dibor, tapi seberapa cepat kita bisa mengadakan perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan," jelas Dharmawan.
Asal tahu saja, sebelumnya Pertamina sempat menargetkan pengeboran sebanyak 72 sumur di Blok Rokan jika nantinya alih kelola terjadi. Bahkan Pertamina sempat berharap pengeboran sebanyak 20 sumur sudah bisa dilakukan pada tahun ini.
Dharmawan menilai jumlah tersebut memang angka referensi yang bagus, kendati demikian Pertamina berencana akan terus melakukan evaluasi setiap bulannya seputar rencana pengeboran sumur.
Meskipun telah menyiapkan skema lain, Dharmawan mengungkapkan upaya negosiasi masih terus dilakukan. "Jadi yang penting kita sekarang mempunyai kesiapan untuk melakukan hal tersebut. Tapi kita masih melakukan diskusi terus," ujar Dharmawan.
Baca Juga: Proyek IPP Jawa-1 capai 58%, Pertamina Power Indonesia siap sokong kebutuhan internal
Dalam catatan Kontan.co.id, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berencana membuka skema lain jika masa transisi alih kelola Blok Rokan tak kunjung menemui titik terang.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto yang ditemui di Kantor Kementerian ESDM mengatakan, salah satu skenario yakni dengan investasi oleh pihak PT Chevron Pacific Indonesia.
"Kami akan cari skenario lain, Chevron sendiri yang akan investasi. Sehingga di akhir proyek kami gimana mengkompensasi unrecovered cost sisa yang belum terkelola. Kami sedang menunggu proposal dari Chevron," terang Dwi, Kamis (27/2).
Dwi melanjutkan, pihaknya bersama Pertamina dan Chevron masih terus mencari berbagai solusi seputar proses alih kelola.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News