kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Hiswana migas minta harga CNG naik 45%


Kamis, 27 Maret 2014 / 15:08 WIB
Hiswana migas minta harga CNG naik 45%
ILUSTRASI. Manfaat buah gandaria untuk kesehatan.


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Untuk mendorong percepatan penggunaan Compressed Natural Gas (CNG) di sektor transportasi, Himpunan Swasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) meminta agar harga jual bahan bakar gas tersebut naik 45,16%.

Saat ini, harga jual CNG di wiayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang sebesar Rp 3.100 per liter setara premium (LSP). Menurut Hiswana harga tersebut tidak menarik minat pengusaha untuk berinvestasi.

“Dalam kalkulasi saya, Rp 4.500 per LSP adalah harga CNG yang wajar dan dapat diterima pengusaha,” ujar Ketua Hiswana Migas, Eri Purnomo Hadi dalam Forum Bisnis CNG, Kamis (27/3).

Eri membeberkan, dalam bisnis struktur harga energi terdapat lima komponen yaitu, harga pokok, investasi, operational and maintenance (O&M), pajak-pajak dan margin. Kalau harga gas US$ 4,72/mmbtu, dengan nilai dollar Rp 12.000, maka harga gas sudah mencapai Rp 2.020/LSP. Sisanya Rp 1.080 jatah yang akan dibagi untuk komponen investasi, O&M, pajak-pajak dan margin.

“Pengusaha perlu margin, untuk pengembalian investasi dalam menyediakan dispenser CNG,” ujar Eri.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Herman Agustiawan menambahkan, harga yang keekonomian bukan satu-satunya masalah dalam pengembangan bisnis CNG. Menurutnya harga memang akan mendorong para pengusaha untuk investasi, tetapi selain itu masih banyak aspek lain yang perlu diperhatikan, salah satunya koordinasi antar instansi termasuk badan usaha terkait.

Koordinasi tersebut dalam hal penyediaan infrastruktur, alokasi gas, dan kendaraan pengguna BBG. “Keberadaan pasar pengguna CNG  membutuhkan “mandatory” dari Pemerintah terutama untuk kendaraan umum, agar program diversifikasi energi di sektor transportasi tersebut bisa jalan secara optimal,” ujar Herman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×