kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Honam Belum Respon Tawaran KS


Selasa, 20 Agustus 2013 / 07:10 WIB
Honam Belum Respon Tawaran KS
ILUSTRASI. PT Bundamedik Tbk (BMHS) akan membangun rumahsakit baru yakni RSU Bunda Vida Bekasi. KONTAN/Baihaki/21/03/2022


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. PT Krakatau Steel (KS) siap melepas 40 hektare sampai 60 hektare lahan miliknya pada Honam Petrochemical untuk memenuhi kebutuhan investasi dari produsen petrokimia asal Korea Selatan ini. Namun hingga kini, Honam belum memberikan tanggapan atas tawaran KS itu.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, Honam sudah menyatakan kebutuhan lahan ini sejak dua tahun lalu. Nah, untuk memenuhi kebutuhan ini, lahan milik KS menjadi salah satu alternatif terbaik karena dekat dengan pelabuhan. Namun, setelah ada kepastian dari KS, anak usaha Lotte Chemical Group ini justru lambat memberikan tanggapannya.

Hidayat menduga, masih lesunya industri petrokimia global menjadi salah satu penyebab Honam tidak cepat merespon kesiapan Krakatau Steel untuk melepas lahannya. "Mungkin mereka (Honam) agak menunda karena harga produk sedang jatuh," katanya, Senin (19/8).

Catatan saja, anak usaha Krakatau Steel rencananya bakal melepas lahan seluas 55 hektare yang berlokasi Cilegon, Banten kepada Honam Petrochemical. Di lokasi ini, rencananya Honam akan membangun pabrik yang memproduksi naphta dengan investasi US$ 5 miliar.

Sayangnya Direktur Utama Krakatau Steel Irvan Kamal Hakim belum mau banyak berkomentar mengenai hal ini, termasuk alasan keputusan pelepasan lahan yang dinilai lamban. "Soal Honam, prosesnya masih berjalan," ungkap Irvan.

Meski begitu, Hidayat menyatakan, Kementerian Perindustrian masih optimistis kesepakatan antara Honam dan Krakatau Steel mengenai lahan ini bisa dilakukan pada tahun 2013. Sehingga, Honam bisa segera merealisasikan rencana investasinya di bidang petrokimia.

Sebab, kata Hidayat, saat ini kebutuhan produk petrokimia di dalam negeri masih sangat bergantung dari pasokan impor. Setiap tahun, impor produk petrokimia mencapai US$ 10 miliar.

Rencana investasi dari Honam ini pun menjadi harapan untuk menekan impor petrokimia. Hidayat menyatakan, pihak Honam menjanjikan jika investasinya sudah terealisasi, impor petrokimia tidak perlu lagi dilakukan sejak tahun keenam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×