Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Huayou Indonesia yang merupakan bagian dari Zheijiang Huayou Cobalt Co Ltd, berjanji akan membawa seluruh rantai industri hilirisasi nikel ke Tanah Air dengan catatan adanya kepastian kesinambungan kebijakan jangka panjang.
Deputy Director of External Affairs Huayou Indonesia, Stevanus menyatakan, selama lima tahun ini pihaknya telah berinvestasi sebesar US$ 21,5 miliar atau setara Rp 300 triliun untuk 9 proyek nikel di Indonesia.
“Ke depannya tidak menutup kemungkinan bisa mendatangkan lebih banyak lagi dengan catatan transisi kepemimpinan bisa berjalan baik dan visi terhadap hilirisasi masih didukung,” ujarnya saat Media Gathering di Jakarta, Jumat (12/1).
Baca Juga: Ini Perusahaan Kendaraan Listrik Dunia yang Tertarik Kerja Sama dengan Vale Indonesia
Steven menyatakan, sejauh ini Huayou melihat peta jalan pemerintah Indonesia untuk hilirisasi nikel, terkhusus ke kendaraan listrik sudah sejalan dengan tren bisnis dunia.
Dia mengingatkan, kesinambungan kepemimpinan dan kebijakan sangat penting untuk dunia usaha, apalagi bagi program hilirisasi yang memerlukan kepastian rencana jangka panjang dan investasi besar.
Maka itu, Huayou mengharapkan dukungan yang berkelanjutan dari pemerintah terhadap investasi pada rantai industri mineral hilir terutama untuk mengamankan kuota pasokan bahan baku, seperti bijih limonit kadar rendah.
Menurutnya, langkah pemerintah membatasi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dan Ferronickel sudah tepat. Pasalnya, umur cadangan bijih nikel kadar tinggi akan semakin pendek kalau smelter RKEF tidak dibatasi.
“Di saat yang bersamaan bijih nikel kadar rendah hilang potensinya karena tidak dioptimalkan. Padahal, sumber daya nikel kadar rendah lebih besar dari nikel kadar tinggi, ini bisa mendatangkan devisa besar bagi negara,” ujarnya.
Huayou menilai bahwa saat ini sudah bukan masanya smelter RKEF yang hasil produksinya sebatas NPI dan Ferronickel saja.
Sejatinya, teknologi RKEF bisa ditingkatkan supaya bisa memproduksi nickel matte. Upaya ini bisa dijalankan demi menyeimbangkan eksploitasi bijih nikel kadar rendah dan tinggi sehingga utilisasi sumber daya bisa lebih maksimal.
Baca Juga: Cari Investor untuk Pabrik di Morowali, Nickel Industries Undang Tesla
Di sisi lain, sudah saatnya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang menyerap bijih nikel kadar rendah diperbanyak di Indonesia, seiring dengan dipacunya produksi bahan baku baterai kendaraan listrik.
“Jadi langkah pemerintah Indonesia sudah tepat sekali, jadi jangan berpikir dari sisi bisnis saja karena pebisnis akan memutar otak supaya bisa menghasilkan uang dari kondisi yang ada,” tandasnya.
Sebagai informasi, Huayou mulai beroperasi di Indonesia sejak 2018 dan telah mengembangkan beberapa proyek di Tanah Air. Beberapa proyek itu sebagai berikut.
Proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dijalankan oleh PT Huayue Nickel Cobalt. Proyek ini mulai dibangun pada 2020 dan mencapai produksi 2021 dengan kapasitas tahunan 60.000 ton nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Huayou juga berinvestasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) dengan Tsingshan Holding Group dan Zhenshi Holding Group Co., Ltd pada 2018.
Kemudian PT Huake Nickel Indonesia dan PT Youshan Nickel Indonesia di IWIP merupakan proyek Rotary Klin Electric Furnace (RKEF) yang mulai dibangun pada 2018 dan saat ini dalam tahap operasi dengan total kapasitas tahunan 90.000 ton nikel dalam matte.
Lalu, PT Huafei Nickel Cobalt di IWIP merupakan proyek HPAL yang mulai dibangun pada 2021 dan mencapai uji produksi pada Juni 2023 dengan kapasitas tahunan 120.000 ton nikel di MHP.
Baca Juga: Sah! Ford Pegang 8,5% Saham Pabrik Bahan Baku Baterai Milik Vale (INCO) dan Zhejiang
Ada juga, proyek PT Kolaka Nickel Indonesia yang dijalankan Zheijang Huayou Cobalt Co. bersama PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan Ford Motor Company yakni smelter HPAL yang akan memproduksi 120.000 ton nikel dalam MHP di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Proyek ini ditandai dengan perjanjian definitif yang ditandatangani pada 30 Maret 2023 lalu.
Huayou juga berpartisipasi dalam proyek Grand Package. Mega proyek ini merupakan kolaborasi antara konsorsium yang beranggotakan LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam, dan Indonesia Battery Corporation (IBC).
Terakhir, Indonesia Pomalaa Industry Park (IPIP) yang terletak di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. IPIP merupakan kawasan industri ramah lingkungan pertama dengan rantai produksi baterai litium lengkap yang diinvestasikan oleh Huayou dan telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Steven menegaskan, Huayou akan membawa seluruh rantai industri terintegrasi di IPIP. Mulai dari pengembangan sumber daya pertambangan, pengembangan teknologi HPAL, pemurnian, material prekursor terner dan katoda terner, hingga daur ulang baterai.
Selanjutnya: Tekanan Konflik Timur Tengah Akan Pengaruhi Minat pada Lelang SUN, Selasa (16/1)
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (15/1) Hujan Lebat, Status Siaga Bencana di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News