kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.506   31,00   0,20%
  • IDX 7.736   0,77   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,83   -0,07%
  • LQ45 959   -0,02   0,00%
  • ISSI 232   -0,49   -0,21%
  • IDX30 493   0,72   0,15%
  • IDXHIDIV20 592   1,38   0,23%
  • IDX80 137   0,09   0,07%
  • IDXV30 143   0,13   0,09%
  • IDXQ30 164   0,10   0,06%

ICRES: Super Grid Keniscayaan di Era Transisi Energi


Jumat, 11 Agustus 2023 / 18:00 WIB
ICRES: Super Grid Keniscayaan di Era Transisi Energi
ILUSTRASI. Keperluan super grid merupakan sebuah keniscayaan di era transisi energi yang berfokus pada energi terbarukan. . ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Indonesia Center for Renewable Energy Studies (ICRES), Surya Darma menjelaskan, keperluan super grid merupakan sebuah keniscayaan di era transisi energi yang berfokus pada energi terbarukan. 

Padahal, penyebaran potensi energi terbarukan itu berada di seluruh Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Untuk menjamin optimasi pemakaiannya tentu diperlukan adanya jaringan interkoneksi listrik antar pulau dalam jarak jauh yang handal yakni Supergrid. 

Sebagaimana diketahui, super grid adalah jaringan transmisi pada area yang luas yang umumnya melewati lintas benua atau pulau dan bisa melintas antar negara. Jaringan ini memungkinkan pemanfaatan dan perdagangan listrik dalam kapasitas  besar melintasi pulau dan jarak yang jauh.

Baca Juga: Tarik Investor Besar ke Bisnis Panas Bumi, Kementerian ESDM Siapkan Kemudahan

“Adanya super grid ini dapat mendukung program transisi energi nasional termasuk dalam mengatasi intermitensi penggunaan energi terbarukan seperti solar dan energi angin,” ujarnya kepada Kontan.co.id, dikutip Jumat (11/8). 

Selain itu, super grid juga dapat memenuhi kebutuhan listrik energi terbarukan pada pusat beban listrik terutama di Jawa dan Sumatera. 

Namun, ada satu persoalan yang disoroti ICRES yakni pembiayaan pembangunan super grid yang memerlukan dana investasi yang cukup besar. 

“Sesungguhnya jaringan transmisi super grid itu adalah infrastruktur yang menjadi kewajiban pemerintah dalam pengadaannya. Karena itu, sebaiknya menjadi kewajiban PLN sebagai BUMN yang diberikan hak oleh negara sesuai peraturan perdagangan yang berlaku,” ujarnya. 

Meski demikian, dalam hal kemampuan negara yang terbatas, Surya menilai pemerintah dapat mengundang pihak swasta untuk ikut berkontribusi pada proyek jaringan transmisi jumbo ini, sejauh peraturan memungkinkan. 

Super Grid Bisa Dimanfaatkan untuk Power Wheeling 

Surya mengatakan, pembangunan jaringan transmisi listrik belum menjadi objek bisnis pada saat ini. Semuanya masih menjadi tanggung jawab pemerintah. 

Selain biayanya yang mahal, proyek super grid potensi tidak memiliki potensi bisnis, kecuali pemerintah membuka kewenangan untuk skema power wheeling. 

Baca Juga: PLN Menyiapkan Empat Pilar Strategis Transisi Energi

Lebih jelasnya, power wheeling merupakan pemanfaatan jaringan bersama tenaga listrik. Melalui mekanisme ini biaya pembangunan transmisi listrik bisa berkurang.  

“Power wheeling akan mendukung pengembalian investasi melalui optimasi penggunaan jaringan transmisi secara bersama. Dengan begitu return of investment (RoI) bisa lebih cepat,” terangnya. 

Surya mengungkapkan, sudah banyak perusahaan atau pengembang swasta yang berminat untuk membangun pembangkit energi terbarukan jika skema power wheeling bisa dijalankan. Apalagi perusahaan Renewable Energy 100 (RE100). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×