Reporter: Fitri Nur Arifenie, Uji Agung Santosa | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kementrrian Pertanian (Kemtan) memangkas kuota impor bawang merah dari 60.000 ton di semester I tahun ini menjadi 40.000 ton pada semester II. Pemangkasan kuota impor dilakukan karena panen bawah merah tahun ini dihitung akan bisa mencukupi kebutuhan.
Rusman Heriawan, Wakil Menteri Pertanian mengatakan, penetapan kuota impor telah melalui kajian pasokan dan permintaan. "Tidak berdiri sendiri tetapi ada kajian komprehensif suplai dan permintaan serta waktu," kata Rusman, Selasa (2/4).
Pemerintah juga akan mengatur waktu pemasukan bawang merah dengan melarang impor pada saat panen. Menurut Rusman, supaya harga bawang merah lokal tidak terpukul, maka pada Mei dan Juni sudah tidak boleh ada bawang merah impor masuk.
Rusman bilang, sebenarnya produksi bawang merah lokal mencukupi kebutuhan dalam negeri. Namun karena ketersediaannya fluktuatif, khususnya pada Desember-April maka terjadi gejolak harga. Kondisi itu diperburuk adanya keterlambatan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dan Surat Persetujuan Impor (SPI).
Ekspor bawang
Selain itu musim penghujan juga membuat kualitas dan kuantitas produksi bawang merah menurun. "Kalau sedang panen bawang merah, kita bisa ekspor," katanya.
Juwari, Sekjen Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) memperkirakan, harga bawang merah masih tetap tinggi hingga Mei nanti. "Produksi saat ini tidak mencukupi kebutuhan. Padahal, panen baru ada pada Juni-Juli sekitar 120.000 ton," katanya.
Produksi dalam negeri tidak mencukupi karena petani lebih memilih menanam padi akibat musim penghujan yang terus terjadi. Di Brebes, dia mencontohkan, Maret ini hanya ada 400 ha lahan bawang merah dengan produksi 4.800 ton.
Secara nasional areal panen bawang merah hanya sekitar 850 ha dengan produksi sekitar 8.800 ton. Padahal kebutuhan nasional mencapai 32.800 ton per bulan.
Karena produksi tidak mencukupi, Juwari meminta pemerintah merealisasikan impor bawang merah pada enam bulan pertama tahun ini dan menutupnya di semester dua.
Dia bilang produksi semester dua melimpah. "Setelah Mei hingga akhir tahun jangan dibuka impor karena kami berproduksi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News