Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Kereta Api Indonesia (Persero) tengah menyiapkan layanan kereta api khusus bagi petani dan pedagang yang rencananya akan diluncurkan pada September 2025.
Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai keberadaan Kereta khusus Petani-Pedagang merupakan bentuk empati PT KAI kepada petani dan pedagang di pedesaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan.
“Kereta ini dapat meningkatkan perekonomian desa sekaligus mengurangi laju urbanisasi,” ujar Djoko dalam keterangannya yang diterima Kontan, Senin (25/8/2025)
Djoko menjelaskan, aktivitas petani dan pedagang menggunakan kereta menuju pasar di Jakarta sudah berlangsung puluhan tahun.
Baca Juga: Peluang dari Janji Transportasi Publik Hemat Energi
Mereka membawa hasil bumi seperti pisang, ketela, cabai, jagung, hingga sayur-mayur, serta makanan tradisional seperti nasi uduk, pisang rebus, tape, hingga kue pukis.
Selama ini, rute Rangkasbitung–Tanah Abang menjadi jalur utama mobilitas petani dan pedagang.
Namun, keterbatasan muncul karena jalur tersebut juga digunakan penumpang KRL Commuter Line.
Para petani biasanya berangkat pukul 04.00 WIB dari Stasiun Rangkasbitung, singgah di sejumlah stasiun lain, lalu turun di Pasar Tanah Abang atau melanjutkan perjalanan ke stasiun lain menggunakan KRL.
Menurut Djoko, tingginya permintaan distribusi hasil bumi dengan kereta membuat kebutuhan kereta khusus semakin mendesak.
Selama ini, barang dagangan yang sudah dipersiapkan sejak dini hari harus diangkut dalam waktu singkat saat kereta berhenti hanya sekitar dua menit.
Bahkan, sebagian petani dan pedagang memilih menginap di stasiun sejak tengah malam agar tidak tertinggal kereta pertama.
Pendapatan yang mereka peroleh berkisar Rp 250 ribu – Rp 800 ribu per hari, dengan keuntungan bersih minimal Rp 100 ribu.
Djoko menekankan, kehadiran kereta khusus petani-pedagang dapat membawa sejumlah keuntungan, antara lain kapasitas angkut barang lebih besar, penumpang umum tidak terganggu, hingga memungkinkan hewan ternak kembali diangkut.
“Kereta ini juga bisa menjadi instrumen penting untuk menekan urbanisasi dan menggerakkan ekonomi desa,” katanya.
Ia menambahkan, kolaborasi lintas pemangku kepentingan dibutuhkan untuk merealisasikan program ini.
PT KAI dapat menyediakan sarana kereta beserta fasilitas pendukungnya, sementara Direktorat Jenderal Perkeretaapian bisa mengusulkan subsidi operasional melalui APBN.
Pemda Lebak juga diharapkan menyiapkan angkutan umum menuju stasiun, bahkan bisa memberikan insentif BBM kepada angkutan lokal yang mengangkut petani dan pedagang secara gratis.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga dapat dilibatkan untuk menghidupkan kembali bus pasar sebagai transportasi lanjutan dari stasiun.
Djoko bahkan mengusulkan agar KPAI dilibatkan untuk memberi masukan sebelum layanan ini resmi diluncurkan.
Ke depan, konsep serupa bisa diperluas ke jalur kereta lain yang dulunya memiliki layanan kereta lokal, seperti Purwakarta–Kota, Wonogiri–Purwosari, Rancaekek–Bandung, hingga Sukabumi–Kota.
Tidak selalu berupa kereta khusus, tetapi juga bisa digandengkan dengan kereta penumpang di lintasan non-KRL.
Dengan adanya layanan ini, Djoko berharap perputaran ekonomi desa–kota semakin meningkat, sekaligus menekan perpindahan warga desa ke perkotaan.
Baca Juga: Bus Listrik Siap Setrum Transportasi Publik Perkotaan
Selanjutnya: Pembangunan Pabrik EV Makin Masif, GAIKINDO Prediksi Bakal Meluas ke Hybrid
Menarik Dibaca: Memasuki Musim Hujan, KAI Sediakan Fasilitas Pengering Payung di 43 Stasiun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News