kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.249   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.047   42,07   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   8,11   0,79%
  • LQ45 786   6,95   0,89%
  • ISSI 231   0,98   0,43%
  • IDX30 406   4,77   1,19%
  • IDXHIDIV20 470   5,25   1,13%
  • IDX80 116   1,04   0,90%
  • IDXV30 117   1,12   0,96%
  • IDXQ30 131   1,74   1,35%

Impor kentang masih berjalan, petani lokal terjepit


Senin, 14 November 2011 / 17:57 WIB
Impor kentang masih berjalan, petani lokal terjepit
ILUSTRASI. Promo A&W periode 25-27 Desember 2020 menawarkan variasi menu mulai dari harga Rp 12.000 - Rp 112.000.


Reporter: Handoyo | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Keran impor kentang asal China masih mengalir. Padahal, para petani kentang telah berdemo di Istana Negara dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk memprotes impor kentang yang membuat kentang lokal kian terjepit.

Ketua Asosiasi Eksportir Sayuran dan Buah Indonesia (AESBI), Hasan Wijaya, mengatakan, masuknya kentang impor juga dimanfaatkan oleh spekulan untuk mengambil untung. "Harga jual kentang lokal tidak kompetitif dengan harga kentang impor," kata Hasan kepada KONTAN (14/11).

Kalah bersaingnya produksi kentang lokal dengan kentang impor, menurut Hasan, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bibit serta pupuk yang relatif mahal menjadi pemicu harga kentang lokal jauh lebih mahal. Untuk itulah, ia berharap pemerintah beserta asosiasi dan petani kentang duduk bersama guna menyelesaikan permasalahan ini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan, impor kentang sepanjang Januari - September 2011 mencapai 70.111 ton senilai US$ 43,56 juta. Sementara untuk impor kentang September mencapai 20.510 ton atau senilai US$ 11,54 juta, naik 62,21 % dari Agustus yang hanya 12.644 ton, atau US$ 7,57 juta.

Achmad Ya'kub, Ketua Departemen Kajian Strategi Nasional Serikat Petani Indonesia (SPI), mencontohkan, mudahnya impor kentang karena ada subsidi ekspor 20% dari pemerintah Bangladesh.

Menurut Ya'kub, perspektif pemerintah melakukan impor kentang ini karena mengacu pada ketahanan pangan. "Mereka hanya memikirkan stok terpenuhi, sehingga untuk jangka panjang kurang memperhatikan petani lokal," kata Ya'kub kepada KONTAN (14/11).

Meski mengalami sedikit peningkatan harga, namun dibandingkan harga kentang impor, kentang produksi petani lokal masih berada di bawah. Ya'kub memaparkan, jika Oktober lalu, harga kentang di daerah Dieng berkisar Rp 3.000 per kg, saat ini naik menjadi Rp 4.000 per kg.

Belum pulihnya harga kentang, petani kentang dicemaskan dengan munculnya isu jika November ini akan datang 60-100 kontainer kentang, atau sekitar 2.600 ton kentang asal China yang bakal masuk ke pasar-pasar di daerah Jawa.

"Jika berita tersebut benar, harga kentang akan merosot lagi," kata M. Mudasir, Ketua Asosiasi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng, kepada KONTAN (14/11).

Sekadar gambaran saja, di Dieng, terdapat sekitar 9.000 hektare (ha) lahan kentang, dengan produksi 324.000 ton per tahun. Beberapa wilayah itu meliputi Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, Pekalongan, dan Batang. Awal Oktober lalu, harga kentang petani Dieng jatuh jadi Rp 3.200 - Rp 4.400 per kg, turun 43%-46% dari harga normal Rp 6.000-Rp 7.000 per kg.

Jika harga kentang merosot hingga di bawah Rp 3.000 per kg, baik Ya'kub dan Mudasir mengancam akan melakukan aksi turun ke jalan kembali. Tidak hanya Kementerian Perdagangan yang menjadi sasarannya, namun mereka akan langsung ke pelabuhan untuk melakukan penyisiran terhadap kentang-kentang impor tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×