kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

INACA dorong digitalisasi pemeriksaan kesehatan di bandara


Jumat, 28 Agustus 2020 / 20:39 WIB
INACA dorong digitalisasi pemeriksaan kesehatan di bandara
Sejumlah awak kabin pesawat melakukan kampanye keselamatan bepergian dengan pesawat 'Safe Travel Campaign' di Terminal 2, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (28/8/2020).


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terus meningkatnya jumlah penumpang pesawat sampai pekan keempat pelaksanaan Safe Travel Campaign, membuat Indonesia National Air Carriers Association (INACA) makin bersemangat untuk melakukannya sampai akhir tahun.

Guna mempermudah masyarakat terbang lagi, INACA mendorong diterapkannya digitalisasi pemeriksaan kesehatan di bandara oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja menjelaskan, pemeriksaan dokumen kesehatan calon penumpang oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan tugas dari Kemenkes.

Menurutnya, petugas KKP berwenang menentukan seorang calon penumpang dapat masuk ke dalam pesawat untuk ikut terbang atau tidak, setelah memeriksa dokumen berupa surat keterangan/hasil laboratorium rapid test.

Baca Juga: Industri penerbangan di Tanah Air mulai beranjak pulih

Jika calon penumpang dinyatakan non reaktif, maka ia diizinkan untuk terbang. Sebaliknya, jika reaktif maka jangan harap bisa masuk ke pesawat.

"Tapi proses pemeriksaan dokumen kesehatan ini panjang, karena masih dilakukan secara manual oleh KKP," kata Denon dalam siaran resmi, Jumat (28/8).

Tidak heran, jika pada jam-jam tertentu di bandara terlihat antrean penumpang mengular panjang demi mendapatkan stempel izin terbang dari petugas KKP.

"Karena dikerjakannya masih manual, di cek satu per satu, makanya antre lama. Kami ingin KKP mengganti metode pemeriksaan secara digital, seperti yang sudah diterapkan pada Indonesia Health Alert Card (eHAC)," kata Denon.

Ia berpendapat, apabila petugas KKP bisa melakukan pemeriksaan lebih cepat, maka akan bertambah jumlah masyarakat yang antusias untuk terbang lagi. Karena terbukti terbang di masa New Normal sangat mudah dan tidak perlu antre panjang.




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×