kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inalum jajaki kerjasama dengan produsen material baterai terbesar


Jumat, 17 Mei 2019 / 17:06 WIB
Inalum jajaki kerjasama dengan produsen material baterai terbesar


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno melakukan kunjungan kerja ke China. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Rini terus mendoorng holding industri pertambangan PT Inalum (Persero) untuk bisa melakukan hilirisasi guna meningkatkan nilai tambang produk tambang.

Dalam kunjungan kerja tersebut, Rini bertemu dengan beberapa calon mitra strategis Inalum. Salah satunya dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd., produsen terbesar di dunia untuk material baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik.

Rini menyampaikan, penjajakan kerjasama ini dilakukan supaya Inalum bisa memiliki mitra strategis dalam bidang teknologi dan pengembangan yang dibutuhkan untuk hilirisasi. Sehingga kedepannya industri pengolahan tambang domestik bisa berkembang dan memberikan lebih banyak nilai tambah, sekaligus juga bisa meningkatkan nilai ekspor produk tambang Indonesia.

"Kita harus bisa masuk ke industri hilir. Jika ada hilirisasi maka penciptaan lapangan pekerjaan pun semakin meningkat " ungkap Rini melalui keterangan tertulisnya, Jum'at (17/5).

Lebih lanjut, Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi G. Sadikin mengatakan, penjajakan kerja sama dengan Huayou dilakukan karena Huayou merupakan perusahaan yang telah berpengalaman di industri tambang. Khususnya mineral cobalt, nikel dan lithium terintegrasi. "Inalum terus secara agresif mencari mitra strategis yang bisa memberikan akses di bidang teknologi dan memiliki pengalaman yang mumpuni," kata Budi.

Budi pun menjelaskan, holding industri pertambangan melalui Inalum dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) juga berencana untuk membangun pabrik berteknologi High Pressure Acid Leaching  (HPAL) dan Rotary Kiln-Electric Furnace ( RKEF) lewat kerja sama dengan Huayou. Kedua pabrik ini diharapkan bisa mendorong hilirisasi nikel menjadi bahan baku baterai litium.

Sebagai informasi, sejak pertengahan tahun lalu, Huayou berencana membangun smelter nikel di Indonesia untuk memenuhi permintaan komoditas tersebut di industri baterai. Perusahaan tersebut akan menginvestasikan US$1.83 miliar di Indonesia dan saat ini sedang mencari rekan lokal.

“Semoga penjajakan ini dapat menghasilkan suatu kerjasama yang konkrit dengan Inalum untuk memajukan industri hilirisasi tambang di Indonesia,” ungkap Presiden Direktur Huayou, Chen Xuehua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×