kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inaplas proyeksikan industri petrokimia tumbuh 5,2% di 2020


Kamis, 23 Januari 2020 / 21:05 WIB
Inaplas proyeksikan industri petrokimia tumbuh 5,2% di 2020
ILUSTRASI. DCIM@MEDIADJI_0722.JPG


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) memperkirakan sepanjang 2020 industri petrokimia mampu tumbuh menjadi 5,2% dibanding tahun lalu yang hanya tumbuh 5%.

Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono  menjelaskan kenyataannya industri petrokimia hanya tumbuh 5% di sepanjang 2019 dari yang sebelumnya diproyeksikan bisa tumbuh 5,1%.

"Ada beberapa hal yang membuat industrinya agak terhambat padahal dari sisi demand dan potensinya bagus," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (22/1).

Baca Juga: Kerja sama Chandra Asri (TPIA) dan ADNOC berpeluang tingkatkan pasokan bahan baku

Fajar menjelaskan pertumbuhannya tapi tidak terlalu signifikan karena ada aturan di daerah yang tidak mendukung industri plastik.

Sejumlah daerah salah satunya Jakarta mulai menerapkan anti plastik sekali pakai di  sejumlah tempat seperti toko swalayan dan pasar rakyat harus menggunakan kantong ramah lingkungan per Juli 2020.

Kata Fajar, peraturan tersebut tidak mendukung industri plastik. Adapun jika peraturan ini makin gencar dilakukan, industri hulu plastik yakni kimia akan kena getahnya.

Fajar mengungkapkan saat kampanye anti plastik banyak dilakukan, pemain plastik tidak mau mengembangkan produksinya. Dampaknya demand ke bahan baku, misalnya polimer juga akan berkurang.

Baca Juga: Inaplas: Tax holiday jadi kurang seksi terhambat aturan anti plastik

Dampak peraturan tersebut juga dikeluhkan perusahaan petrokimia yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).

Sekretaris Perusahaan Chandra Asri Petrochemical Suhat Miyarso menyatakan pelarangan plastik dan cukai plastik akan menghambat pertumbuhan industri petrokimia. "Sehingga menjadi kontra produktif terhadap usaha pengembangan ekonomi nasional," ujarnya.

Meski demikian, Inaplas memproyeksikan masih ada harapan baru di sepanjang tahun ini yakni rencana harga gas yang turun jadi US$ 6 per MMBTU di Maret 2020.

Fajar berharap jika terealisasi, bisa menggairahkan lagi industri hilir petrokimia seperti keramik, kaca, otomotif, dan kemasan. 

"Mudah-mudahan bisa tumbuh menjadi 5,2% di akhir 2020 karena tidak ada agenda politik seperti tahun lalu," kata Fajar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×