kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.305   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.832   -37,03   -0,54%
  • KOMPAS100 989   -6,89   -0,69%
  • LQ45 760   -4,16   -0,54%
  • ISSI 222   -0,69   -0,31%
  • IDX30 392   -3,26   -0,83%
  • IDXHIDIV20 456   -5,40   -1,17%
  • IDX80 111   -0,56   -0,51%
  • IDXV30 113   -1,23   -1,08%
  • IDXQ30 127   -0,89   -0,69%

Indonesia Perlu Dana US$ 5 Miliar untuk Kembangkan Pembangkit Nuklir Perdana


Rabu, 25 Juni 2025 / 16:53 WIB
Indonesia Perlu Dana US$ 5 Miliar untuk Kembangkan Pembangkit Nuklir Perdana
ILUSTRASI. REUTERS. Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI) menilai pemerintah memerlukan perhitungan detail tentang nilai investasi pembangunan PLTN.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Target Indonesia untuk memiliki pembangkit listrik bertenaga nuklir perdana, menurut Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI) memerlukan perhitungan detail mengenai nilai investasi pembangunan PLTN kedepannya.

Asal tahu saja, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, Indonesia menargetkan memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama dengan kapasitas awal 2x250 atau 500 Megawatt (MW).

Menurut peneliti energi MITI sekaligus Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN, Rohadi Awaludin, biaya atau nilai investasi PLTN akan berbeda-beda, ini tergantung dengan negara mana Indonesia melakukan kerjasama.

Rohadi menjelaskan kepada Kontan, perhitungan investasi jika bekerjasama dengan dua negara yang paling memungkinkan yaitu Rusia dan China.

Baca Juga: China-Rusia Bakal Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Bulan, AS Gigit Jari

"Jika kerja sama dengan China, maka kemungkinan besar akan menggunakan PLTN Small Modular Reactor (SMR) ACP100 yang memiliki daya Listrik 125 MWe. Dan untuk memenuhi 250 MW diperlukan 2 buah PLTN," kata Rohadi kepada Kontan, Rabu (25/06).

Sebagai informasi, ACP100 adalah teknologi nuklir generasi ketiga yang dikembangkan secara independen oleh BUMN nuklir milik China yaitu China National Nuclear Corporation (CNNC).

Rohadi menambahkan, satu buah ACP100 memerlukan investasi pada kisaran US$ 750 juta.

Artinya, jika Indonesia menargetkan 500 MW diperlukan investasi empat buah ACP100 dengan nilai investasi mencapai US$ 3 miliar atau setara dengan Rp 48,9 triliun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 16,3 ribu).

"Tapi, jika dibangun beberapa PLTN sekaligus, maka dapat dilakukan optimasi-optimasi sehingga diharapkan nilai investasi dapat lebih kecil," jelas dia.

Kemudian, ia menjelaskan perhitungan investasi jika bekerjasama dengan Rusia.

"Jika kerja sama dengan Rusia, maka kemungkinan besar menggunakan PLTN RITM-200. Besaran investasi per satuan PLTN lebih rendah yaitu pada kisaran US$ 500 juta," ungkapnya.

Meski lebih murah per satuan PLTN, namun daya listrik menggunakan reaktor buatan Rusia ini hanya 55 MWe per unit. Artinya jika Indonesia menargetkan daya hingga 500 MW dibutuhkan reaktor hingga 9-10 buah. Sehingga nilai investasi bisa berada diangka US$ 5 miliar atau setara dengan Rp 81,5 triliun.

Untuk diketahui, RITM-200 adalah jenis reaktor nuklir air bertekanan (PWR) kecil yang dikembangkan oleh BUMN nuklir milik Rusia, yaitu Rosatom, yang awalnya digunakan untuk kapal pemecah es nuklir Rusia.

Selain investasi dibagian reaktor, dirinya juga menjelaskan biaya operasional PLTN perlu dihitung dari faktor-faktor yang berpengaruh lainnya termasuk lokasi dan jumlah PLTN yang akan dibangun.

"Biaya operasional PLTN masih perlu didalami karena banyak factor yang berpengaruh, termasuk lokasi serta jumlah dan jenis PLTN SMR yang dipilih," jelasnya.

Asal tahu saja, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya telah mengumumkan target pengembangan pembangkit nuklir, yaitu maksimal pembangunan di tahun 2034.

"Pada 2034 maksimal, kita itu sudah harus punya nuklir di sektor energi. Bangun power plant. Memang yang model yang kita bangun itu adalah small-medium, yang mungkin di angka 300 MW sampai 500 MW. Ini dulu yang kita dorong," kata Bahlil di Jakarta, Selasa (24/06).

Adapun, dua daerah potensial yang diincar untuk membangun PLTN di Indonesia adalah di wilayah Sumatra dan Kalimantan.

Baca Juga: Menteri Bahlil Libatkan TNI dan KPK di Badan Direktorat Terbaru ESDM

Selanjutnya: Libur Tahun Baru Islam, 580.000 Tiket Kereta Sudah Terjual

Menarik Dibaca: Libur Tahun Baru Islam, 580.000 Tiket Kereta Sudah Terjual

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×