Reporter: Revita Rita Rani | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Menjelang akhir tahun 2015, produsen bahan baku tekstil dan kemasan PT Indorama Synthetics Tbk (Indorama) berniat mengajukan petisi anti dumping kepada Komisi Anti Dumping Indonesia (KADI) atas produk impor Polyethylene Terephthalate (PET) impor. PET adalah bahan baku kemasan, untuk makanan dan minuman serta elektronika.
V.S Baldwa, Presiden Direktur Indorama bilang, harga produk PET impor di Indonesia lebih murah ketimbang di negara asalnya atau dikenal dengan praktik dumping. Ia menegaskan, praktik dumping ini dilarang organisasi perdagangan dunia alias WTO.
"Maka itu, kami minta dihentikan praktik dagang yang tak adil ini," kata Baldwa kepada KONTAN, Jumat (20/11).
Baldwa mengklaim, salah satu penyebab penurunan penjualan mereka di kuartal III-2015 lantaran terjadinya praktik dumping ini. Saat harga PET impor murah, pelanggan Indorama beralih memakai produk impor.
Tanpa menyebut kepastian kapan petisi anti dumping akan mereka ajukan, yang jelas Baldwa meminta produk PET impor dikenakan bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar 5%-10%. Walaupun pernah gagal mengajukan petisi anti dumping PET tahun lalu, ini tak menyurutkan semangat Baldwa mengajukan petisi dumping serupa.
Tahun lalu Indorama Grup lewat PT Indorama Synthetic Tbk, PT Indorama Ventures Indonesia, serta PT Polypet Karyapersada gagal mengajukan petisi dumping PET karena ditolak pemerintah. Baldwa bilang, jika petisi ini tak berhasil juga, mereka akan memikirkan tindakan lain.
Hingga kuartal III-2015, penjualan Indorama tercatat US$ 481,3 juta, turun 11,6% ketimbang penjualan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 537,25 juta. Selain karena kalah bersaing dengan produk impor, penurunan penjualan Indorama juga terpicu turunnya harga bahan baku yang mengikuti
penurunan harga minyak mentah dunia. "Harga bahan baku turun, makanya harga jual produk kami ikut turun," kata Baldwa.
Di tengah penurunan bisnis PET, Indorama akan mengalokasikan belanja modal US$ 60 juta untuk menambah produksi benang pintal di pabrik Indorama yang berlokasi di Purwakarta dan di Uzbekistan
di 2016.
"Tahun depan, kami fokus di benang pintal karena peluang bisnis pertumbuhan profitnya lebih bagus ketimbang produk lain," terang dia. Apalagi, produk ini juga sudah menembus pasar ekspor ke 80
negara. Indorama memiliki tiga lini bisnis, yakni benang pintal dan benang poliester untuk tekstil, serta PET resin untuk kemasan makanan, minuman dan elektronik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News