kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.452.000   -12.000   -0,82%
  • USD/IDR 15.205   -60,00   -0,40%
  • IDX 7.642   114,20   1,52%
  • KOMPAS100 1.191   18,71   1,60%
  • LQ45 953   14,44   1,54%
  • ISSI 230   3,47   1,53%
  • IDX30 490   7,75   1,61%
  • IDXHIDIV20 589   10,01   1,73%
  • IDX80 136   1,84   1,38%
  • IDXV30 143   2,16   1,54%
  • IDXQ30 164   2,59   1,61%

Indorama akan ajukan BMAD kemasan makanan


Sabtu, 21 November 2015 / 18:15 WIB
Indorama akan ajukan BMAD kemasan makanan


Reporter: Revita Rita Rani | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Menjelang  akhir tahun 2015, produsen bahan baku tekstil dan kemasan PT Indorama Synthetics Tbk (Indorama) berniat mengajukan petisi  anti  dumping  kepada Komisi Anti Dumping Indonesia (KADI) atas produk impor Polyethylene  Terephthalate (PET) impor. PET adalah bahan baku kemasan, untuk makanan dan minuman serta elektronika.

V.S Baldwa, Presiden Direktur  Indorama  bilang,  harga produk PET impor di Indonesia lebih murah ketimbang di negara asalnya atau dikenal  dengan praktik dumping.  Ia menegaskan, praktik dumping ini dilarang organisasi perdagangan  dunia  alias  WTO.

"Maka itu, kami minta dihentikan praktik dagang yang tak adil ini," kata Baldwa kepada KONTAN, Jumat (20/11).

Baldwa mengklaim,  salah satu  penyebab  penurunan penjualan mereka di kuartal III-2015  lantaran  terjadinya praktik dumping ini. Saat harga PET impor murah, pelanggan Indorama beralih memakai produk impor.

Tanpa menyebut kepastian kapan  petisi  anti  dumping akan mereka ajukan, yang jelas Baldwa meminta produk PET  impor  dikenakan  bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar  5%-10%.  Walaupun pernah gagal mengajukan petisi anti dumping PET  tahun lalu, ini tak menyurutkan semangat Baldwa mengajukan petisi dumping serupa.

Tahun lalu Indorama Grup lewat PT Indorama Synthetic Tbk, PT  Indorama Ventures Indonesia,  serta PT Polypet Karyapersada gagal mengajukan petisi dumping PET karena  ditolak  pemerintah. Baldwa bilang, jika petisi ini tak berhasil  juga, mereka  akan memikirkan tindakan lain.

Hingga  kuartal  III-2015, penjualan  Indorama  tercatat US$ 481,3 juta, turun 11,6% ketimbang penjualan periode yang  sama  tahun  lalu  yang sebesar US$ 537,25 juta. Selain  karena  kalah  bersaing dengan produk impor, penurunan  penjualan  Indorama juga  terpicu  turunnya harga bahan baku  yang mengikuti

penurunan  harga  minyak mentah dunia.  "Harga bahan baku  turun,  makanya harga jual produk kami ikut turun," kata Baldwa.

Di tengah penurunan bisnis PET,  Indorama  akan mengalokasikan belanja modal US$ 60 juta untuk menambah produksi benang pintal di pabrik Indorama  yang  berlokasi  di Purwakarta dan di Uzbekistan

di 2016.

"Tahun depan, kami  fokus di benang pintal karena peluang bisnis pertumbuhan profitnya lebih bagus ketimbang produk lain," terang dia. Apalagi,  produk  ini  juga  sudah menembus pasar ekspor ke 80

negara. Indorama memiliki tiga lini bisnis, yakni benang pintal dan benang poliester untuk tekstil, serta PET resin untuk kemasan makanan, minuman dan elektronik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×