kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Industri Alat Berat Kebanjiran Merek China, Begini Dampaknya


Rabu, 04 September 2024 / 07:08 WIB
Industri Alat Berat Kebanjiran Merek China, Begini Dampaknya
ILUSTRASI. Beberapa merek alat berat China yang beredar di pasar domestik antara lain Sany, LiuGong, Sinotruk, dan XCMG


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan pasar alat berat di Indonesia makin ketat seiring maraknya merek-merek impor asal China yang ikut bermain di industri ini. Beberapa merek alat berat China yang beredar di pasar domestik antara lain Sany, LiuGong, Sinotruk, XCMG, dan lain-lain.

Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Giri Kus Anggoro mengatakan, keberadaan alat berat impor dari China jelas akan berdampak pada pangsa pasar produsen alat berat lokal.

Pasalnya, alat berat China diimpor secara utuh atau completely built up (CBU) dengan harga jual lebih murah karena harga bahan bakunya juga lebih rendah, khususnya untuk komponen dari besi dan baja.

Ditambah lagi, terdapat perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) yang memungkinkan alat berat China bisa masuk ke Indonesia dengan tarif bea masuk 0%.

Baca Juga: Persaingan Industri Alat Berat Makin Ketat, Ini Sebabnya

"Di sisi lain, kami yang ada industrinya masih harus membayar bea masuk 5%--15% untuk impor bahan baku. Belum lagi ada aturan lartas (larangan dan pembatasan) dan kuota impor," ungkap Giri, Selasa (3/9).

Hinabi menyebut, mayoritas alat berat impor China beroperasi di kawasan pertambangan, terutama untuk proyek yang menggunakan skema turnkey. Selain tambang, alat berat impor dari Negeri Tirai Bambu juga banyak beredar untuk proyek-proyek konstruksi.

Secara umum, Hinabi tetap optimistis target produksi alat berat nasional sebanyak 8.000 unit pada 2024 dapat tercapai. Sedangkan hingga semester I-2024, produksi alat berat terkoreksi 17% year on year (YoY) menjadi 3.337 unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×