kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini faktor yang membuat bisnis hipermarket cenderung lesu


Rabu, 05 Mei 2021 / 17:47 WIB
Ini faktor yang membuat bisnis hipermarket cenderung lesu
ILUSTRASI. Bisnis hipermarket masih lesu


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 cukup memukul bisnis ritel modern di Indonesia. Beberapa perusahaan ritel pun terpaksa melakukan penutupan gerainya, termasuk gerai berjenis hipermarket.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzhus Widjaja menyampaikan, ada beberapa penyebab merosotnya kinerja sektor usaha hipermarket. Salah satunya adalah terbatasnya mobilitas masyarakat untuk berpergian selama pandemi Covid-19 berlangsung.

Pandemi memang membuat pemerintah menerbitkan kebijakan-kebijakan terkait pembatasan pergerakan masyarakat. Padahal, bisnis ritel hipermarket sangat dipengaruhi oleh aktivitas pergerakan masyarakat.

“Alhasil, masyarakat cenderung berbelanja di tempat yang terdekat dengan rumah, yaitu seperti minimarket dan sejenisnya,” jelas dia, Rabu (5/5).

Selain itu, tak dapat dipungkiri bahwa menurunnya daya beli masyarakat cukup mempengaruhi minat mereka untuk berbelanja berbagai produk di hipermarket saat pandemi. Dengan kondisi ekonomi yang belum stabil, masyarakat lebih condong berbelanja seperlunya dan secukupnya saja.

Baca Juga: Pemerintah berencana berikan insentif PPN dan PPh atas sewa untuk sektor ritel

APPBI menyebut, salah satu strategi yang diterapkan oleh pelaku usaha hipermarket untuk bisa bertahan adalah mengurangi atau memperkecil luas gerai. “Para pelaku usaha juga bisa mengubah tokonya menjadi supermarket, karena saat ini kinerja sektor usaha supermarket relatif masih baik,” kata Alphonzhus.

Dihubungi terpisah, Vice President Corporate Communication Transmart Carrefour Satria Hamid mengatakan, dengan adanya pandemi Covid-19, maka pihaknya akan mengkalkulasi dampak-dampaknya dan melakukan berbagai jenis efisiensi. Namun, opsi berupa penutupan gerai atau toko dipastikan menjadi opsi terakhir setelah upaya-upaya yang terdahulu dilakukan.

Pasalnya, selama suatu gerai masih bisa menunjang kebutuhan konsumen dan berkontribusi terhadap kinerja penjualan, tidak ada alasan untuk dilakukan penutupan. “Kalau sampai tutup toko, maka kami harus relokasi karyawan dan harus keluarkan stok barang di sana ke toko lain yang terdekat,” ungkap dia, hari ini.

Selanjutnya: Bisnis ritel menantang, penutupan gerai jadi opsi terakhir Trans Retail Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×