Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Francisca bertha
KONTAN.CO.ID - Perhimpunan Manajemen Sumber Daya (PMSM) Indonesia dan BINUS University menyebutkan, saat ini, mulai ada perusahaan yang mengusung keragaman dan inklusi sebagai fondasi utama kesuksesan yang berkesinambungan.
Hal tersebut merupakan temuan mereka dalam penelitian bertajuk Pelaksanaan Praktik Keberagaman, Kesetaraan dan Inklusivitas (Diversity, Equity and Inclusion/DEI) Perusahaan di Indonesia.
Penelitian ini dilatarbelakangi isu keberagaman, kesetaraan, dan inklusiitas yang masih menjadi tantangan bagi perusahaan di Indonesia.
Dalam lanskap sosial Indonesia yang kaya akan kemajemukan, ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik terus menjadi isu utama, terutama bagi kelompok minoritas dan rentan.
Dengan menyadari potensi keberagaman sebagai kekuatan, upaya meningkatkan inklusi sosial semakin gencar dilakukan.
Diversitas, kesetaraan, dan inklusi menjadi pijakan utama dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs berkomitmen untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.
Dengan memperhatikan keberagaman budaya, etnis, dan sosial, SDGs mendorong kolaborasi lintas sektor dan pemberdayaan individu untuk mencapai tujuan bersama, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.
Baca Juga: Grup MIND ID Perkuat Kesetaraan Gender di Industri Tambang
Meyliana, Professor of Information Systems BINUS University & Wakil Ketua Dept. Kajian SDM PMSM Indonesia, menyampaikan, penelitian ini bertujuan untuk memahami tingkat kesadaran dan pemahaman pemimpin bisnis mengenai pentingnya praktek DEI di perusahaan mereka.
"Selain itu, untuk memahami pelaksanaan strategi, kebijakan, proses dan praktik SDM perusahaan yang berkaitan dengan DEI. Terakhir, untuk memahami berbagai hambatan pelaksanaan praktik DEI di lapangan dan praktik SDM terbaik (best practice) untuk mengatasinya," katanya kepada KONTAN, Kamis (2/5).
Dari hasil penelitian tersebut, Meyliana mengatakan, saat ini sudah mulai ada perusahaan-perusahaan yang mengusung keragaman dan inklusi sebagai fondasi utama kesuksesan yang berkesinambungan.
Sebagai contoh, PT HM Sampoerna terus berupaya menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Contoh lain adalah PT L'Oréal Indonesia yang memiliki komitmen jangka panjang terhadap kesetaraan peluang dalam Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi.
Menurutnya, Loreal dan Sampoerna sudah sangat peduli dengan isu DEI.
"Karena mungkin mereka punya karyawan dengan perspektif yang berbeda dari A sampai Z. Kalau Loreal memang fokusnya ke gender, karena Loreal kan merupakan industri kecantikan ya dan sangat gender related," ungkap Meyliana.
Baca Juga: Semangat Hari Kartini dalam Transformasi Kepemimpinan Perempuan di Jasa Marga
Sebagai informasi, L'Oréal berkomitmen untuk mencapai kesetaraan gender di semua tingkatan dan fungsi perusahaan. Dimulai dari jumlah populasi karyawan yang terdiri dari 53% wanita dan 47% pria, di mana sebanyak 46% dari Management Committee adalah wanita.
Di samping itu, Loreal terus berusaha untuk memastikanseluruh karyawan memiliki kesempatan membangun karir yang sama, terlepas dari gender ataupun kondisi personal mereka.
Loreal saat ini memiliki 11 karyawan wanita yang sedang menjalankan expatriation di berbagai negara lain, dimana 36,4% berangkat bersama dengan keluarga mereka.
Loreal memastikan, segala bagian dari perusahaan turut berkontribusi pada pembentukan lingkungan yang lebih inklusif di mana pun di dunia. Salah satunya, dengan melawan segala jenis pelecehan atau kekerasan, khususnya pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gender.
Hal tersebut tidak terbatas pada lingkup karyawan saja, namun juga kepada komunitas dan partner yang bekerja sama dengan perusahaan, hingga kepada konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News