Reporter: Mona Tobing | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Daya saing produk hortikultura berupa buah dan bawang putih lokal pantas kembali dipertanyakan. Betapa tidak, saat ini buah impor dan bawang impor dengan mudah ditemukan di pasar Indonesia termasuk di pasar tradisional sekalipun.
Hasanuddin Ibrahim, Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian bilang, produk hortikultura impor yang terbilang ramai masuk Indonesia diantaranya adalah; bawang putih, apel, pir dan anggur. Produk tersebut diimpor dari China dan Selandia Baru.
Hasanuddin bilang, maraknya impor terjadi karena dua alasan. Pertama, karena iklim dan daerah tanam. Kedua, karena masalah kemasan atau packaging. Khususnya untuk buah lokal yang dinilai memiliki tampilan yang kurang bagus.
Untuk bawang putih misalnya, produksi bawang putih nasional kalah bersaing dengan China. Sebab, luas tanah dataran tinggi yang menjadi tempat budidaya bawang putih di Indonesia tidak seluas yang ada di China.
"Tantangannya adalah, bagaimana kita bisa menanam bawang putih dengan varietas lahan. Misalnya, mencari lahan di dataran rendah namun memiliki karakteristik seperti dataran tinggi," ujar Hasanuddin menawarkan solusinya.
Sementara untuk buah dalam negeri memiliki kelemahan dalam pengemasan dan tampilan. Padahal, kata Hasanuddin, jika pengemasan buah lokal turut diperhatikan, maka bisa meningkatkan daya saing harga buah lokal di pasar.
Berdasarkan data Kementan tahun 2012, volume impor bawang putih mencapai 386.592 ton per tahun. Sementara volume ekspor bawang putih mencapai 974 ton per tahun. Disisi lain, impor buah untuk apel tahun 2012 mencapai US$ D 151,6 juta, anggur US$ 119,3 juta dan apel sebesar US$ 151,6 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News