Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap pasar dan harga batubara terus berlanjut di tengah permintaan (demand) yang masih melemah dan kelebihan pasokan (oversupply). Kondisi ini bakal berdampak terhadap produksi batubara yang ditaksir bakal lebih mini daripada target.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) bahkan telah menyatakan bahwa sejumlah produsen besar berencana untuk melakukan pemotongan produksi di tahun ini hingga 15%-20% dari rencana awal.
Direktur Penerimaan Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Johnson Pakpahan mengungkapkan, tingkat produksi dan harga batubara memang sangat berpengaruh terhadap setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor minerba. Sebab, sekitar 80% PNBP tambang disumbang dari komoditas emas hitam tersebut.
Baca Juga: IMEF: Efisiensi korporasi dan pengendalian produksi batubara mesti disikapi serius
Johnson menerangkan, mempertimbangkan kondisi pasar komoditas akibat pandemi covid-19 pemerintah pun telah menurunkan target PNBP sektor tambang hingga 20% dari rencana awal. Sebelum ada Covid-19, PNBP minerba dipatok sebesar Rp 44,34 triliun, lalu target diturunkan menjadi Rp 35,93 triliun.
Dengan penurunan target PNBP tersebut, pemerintah sebenarnya sudah mengantisipasi penurunan asumsi-asumsi capaian PNBP hingga 20%, termasuk dari sisi produksi. Meski begitu, Johnson berharap agar tingkat produksi batubara bisa tetap terjaga sesuai target di level 550 juta ton pada tahun ini.
"Target (PNBP) dipotong 20%, semua baik produksi maupun harga. Karena kondisi sekarang harga yang turun, tapi untuk produksi harusnya tetap," ujar Johnson kepada Kontan.co.id, Rabu (1/7).
Baca Juga: Duh, pengadaan batubara PLN 10 tahun terakhir diduga kemahalan Rp 100 triliun
Menurut Johnson, target PNBP Rp 35,93 triliun akan lebih realistis untuk dicapai jika target produksi 550 juta ton bisa tetap terjaga. Namun, faktor yang menentukan juga tak hanya tingkat produksi, melainkan juga pergerakan harga.
"Berat (jika ada pengurangan produksi), padahal persoalan yang dihadapi juga kan harga yang turun," sambung Johnson.
Namun dia mengatakan bahwa belum ada rencana untuk kembali mengubah target PNBP. Apalagi, target PNBP juga terkait dengan kewenangan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
Baca Juga: APBI minta pemerintah kendalikan produksi batubara nasional agar tidak oversupply
Sedangkan untuk produksi batubara, Johnson menyebut pihaknya menunggu keputusan resmi dari Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan Batubara. "Kalau untuk produksi kami belum dapat usulan penurunan dari Direktorat Pengusahaan, sehingga kami tidak mengajukan perubahan," sebut Johnson.
Dia pun masih optimistis target PNBP tahun ini tetap bisa tercapai. Pasalnya, hingga bulan Juni atau pertengahan tahun, realisasi PNBP sektor tambang masih terjaga dengan capaian Rp 16,92 triliun atau 47,09% dari target 2020.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, sambung Johnson, setoran PNBP minerba baru terpacu pada akhir tahun atau pada periode kuartal III dan IV. Selama masa akhir tahun itu, produksi tambang semakin intensif, begitu juga dengan verifikasi pembayaran PNBP.
Baca Juga: Turun 10% per Mei 2020, Kementerian ESDM yakin produksi batubara capai 550 juta ton
Sebagai gambaran, realiasi PNBP minerba pada kuartal I tahun lalu baru Rp 11,6 triliun atau 26,85% dari target tahun 2019 yang ditetapkan Rp 43,2 triliun. Tapi realisasi PNBP Minerba di akhir 2019 bisa mencapai Rp 45,59 triliun.
"Mudah-mudahan sampai akhir tahun tetap bisa tercapai. Di triwulan III kita cermati perkembangannya hari per hari, pada triwulan IV memacu verifikasi final dan minta perusahaan memenuhi pembayaran," pungkas Johnson.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News