kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan jagung dalam negeri bakal naik 100%


Kamis, 25 September 2014 / 12:08 WIB
Kebutuhan jagung dalam negeri bakal naik 100%
ILUSTRASI. Yakiniku dan Teriyaki merupakan dua jenis istilah untuk penyebutan dalam masakan Jepang (Dok/tribun travel)


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kehadiran lima pabrik baru pakan ternak tahun ini diprediksi akan mengerek kebutuhan bahan baku jagung hingga 10%. Kondisi ini bertolak belakang dengan produksi jagung nasional yang cenderung menurun karena efek penurunan harga jagung di pasar komoditas.

Anton J. Supit, Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Perunggasan Indonesia (Gappi) mengatakan, lima pabrik baru itu memiliki kapasitas produksi lumayan besar. Setiap pabrik, kata dia, memiliki kapasitas produksi hingga 30.000 ton per bulan.

Tambahan lima pabrik baru yang akan beroperasi ini otomatis mengerek kebutuhan jagung. "Kebutuhan jagung dalam negeri bakal naik 100%," kata Anton, kemarin.

Seperti diketahui, PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) membangun pabrik pakan yang berlokasi di Semarang berkapasitas 360.000 metrik ton (MT) per tahun. Sedangkan pabrik MAIN yang berlokasi di Makassar baru akan dikerjakan pada kuartal IV-2014. 

Kapasitas pabrik ini kurang lebih sama dengan pabrik yang berlokasi di Semarang, yakni sebanyak 360.000 MT per tahun.

FX Sudirman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT) mengatakan, produksi jagung nasional perlu digenjot setelah  pengoperasian lima pabrik pakan ternak tersebut. "Atau pilihannya, pengusaha pakan ternak harus impor," katanya.

Menurutnya, impor jagung merupakan opsi terakhir. Pengusaha selalu berusaha memenuhi kebutuhan dengan menyerap jagung lokal. Kecuali jagung langka di dalam negeri terpaksa impor karena pabrik harus produksi. 

Sudirman bilang, produsen pakan lebih suka jagung lokal karena kualitasnya lebih bagus dibandingkan jagung impor. "Jagung lokal lebih fresh dan harga jagung lokal lebih bersaing, sehingga dari segi biaya lebih efisien," ucapnya.

Tahun ini, GPMT menghitung volume impor jagung berkisar 3 juta ton atau senilai US$ 1 miliar. Impor itu buat menutupi kebutuhan produksi pakan yang ditargetkan mencapai 15,5 juta ton. 

Sementara Kementerian Pertanian menargetkan, produksi jagung nasional sebesar 18 juta ton. Namun, target itu diprediksi meleset karena banyak petani enggan menanam jagung menyusul harga jagung  turun di pasar, dari sebelumnya Rp 3.700 per kilogram (kg), kini harga jagung turun menjadi Rp 3.400 per kg. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×